Sunday, December 20, 2009

Menggambar Cita - Cita


Ketika seorang anak kecil ditanya apa cita-citanya kelak, pasti jawaban tangkas dan cepat akan langsung terlontar dari bibirnya; dokter, artis, tentara, presiden, dll. Cita-cita begitu mudah masuk ke dalam ruang benak seorang anak-anak karena mereka masih polos dan lugu. Semua karakter impian itu meresap dalam ke dalam pikiran polos mereka, karena mereka melihat betapa indahnya menjadi karakter impian mereka. Mereka sama sekali belum mengetahui betapa banyaknya tingkatan pola tindakan / perilaku yang harus mereka penuhi untuk mencapai posisi pada status atau pangkat kemasyarakaratan itu.

Coba bandingkan ketika pertanyaan yang sama Anda lontarkan kepada anak-anak usia SMP, atau bahkan SMA. Bisa ditebak jawaban mereka tidak sespontan dan seberani sebagaimana saat mereka masih kanak-kanak atau balita. Semakin tinggi tingkat pendidikan sesorang maka ia akan semakin sulit untuk mengatakan apa cita-cita mereka. Karena dengan bertambahnya ilmu dan memori dalam otak, semakin banyak nalar dan pertimbangan dalam pola berpikir sebelum mengejawantah menjadi sebuah perkataan atau tindakan.

Cita-cita orang seiring pertumbuhan usia dan kedewasaan mereka cenderung akan melebar, tidak spesifik. Meski ada sedikit kadar cita-cita kanak-kanak mereka yang terus mengikuti sampai ujung usia. Rata-rata impian dewasa lebih bersifat materi dan penghargaan.

Namun sering lupa disadari bahwa semakin banyaknya komparasi, akan semakin menjadikan standar / target pencapaian menjadi blur dan bukan mustahil berakhir kepada pudarnya keinginan baik seseorang. Pencapaian menjadi sangat sulit karena semakin banyak pula kompetitor yang berkeinginan sama dengan kita. Ambil contoh, seorang staf yang berkeinginan menjadi seorang manajer, maka dia harus bersaing dan berlomba dengan banyak karyawan lainnya yang berkeinginan sama dengannya. Demikian pun seseorang yang berkeinginan menjadi artis maka dia harus berani menguasai seluas-luasnya pergaulan, karena saat ini perusahaan agensi sedemikian banyaknya.

Kenyataan sementara ada yang berhasil dan ada yang “gagal” mewujudkan cita-cita mereka. Mengganti cita-cita dan kembali “gagal”.

Apakah Anda percaya sebuah pencapaian itu telah ditetapkan mutlak oleh Tuhan kepada orang-orang tertentu ? Apakah Anda mengamini bahwa Tuhan menginginkan si A menjadi begini, dan si B menjadi begitu … seterusnya ?

Apakah cita-cita tidak selalu cocok untuk semua orang ? Jawabannya TIDAK, semua orang memiliki kemungkinan yang sama.

Apakah hanya orang-orang tertentu saja yang bisa meraih impian sesuai harapannya ? Jawabannya TIDAK, semua orang memiliki kesempatan sama.

Apakah seseorang mesti memiliki kompetensi atau keunggulan yang sama untuk bisa meraih impian yang diinginkannya ? Jawabannya TIDAK, semua orang memiliki keunggulan komparatifnya masing-masing.

Tuhan hanya memilih menetapkan orang-orang secara khusus hanya untuk menjadi Nabi dan RasulNya. Selebihnya kita semua umat manusia ini adalah secitra denganNya. Jadi semua diberikan hak dan kesempatan sama untuk menjadi apapun yang diinginkannya.

Saya mengerti pertanyaan yang terpendam di hati Anda. Mengapa ada orang yang sedemikian mudahnya mencapai impiannya ? Mengapa mereka yang menurut kebanyakan orang seharusnya tidak layak meraih predikat tertentu karena bekal akademik yang kurang memadai ? Dan pertanyaan-pertanyaan bernuansa keraguan lainnya.

Rahasia sederhana dari mereka yang mencapai impiannya meski “tidak pantas dan selayaknya”, adalah karena mereka memiliki gambar cita-cita dan menyimpannya.

Saya mengerti kebingungan di raut wajah Anda; menggambar cita-cita ?

Mungkin Anda pernah mendengar pernyataan bahwa impian akan tercapai entah kapan, hanya dengan rajin membayangkannya. Benar ?

Mari kita samakan persepsi mulai sekarang. Hapus paradigma hanya membayangkan cita-cita. Membayangkan tanpa tindakan hanya omong kosong.

Sekarang izinkan saya menghapus setitik dari memori ingatan Anda semua, zap ! mulai sekarang Anda tidak akan membayangkan cita-cita Anda dan menunggu tiada berkesudahan. Mulai sekarang ambil pinsil atau alat tulis lainnya. Lalu gambarkanlah apa yang Anda cita-citakan. Berikan warna seindah mungkin agar membangkitkan hasrat Anda untuk penyegeraan terwujudnya cita-cita Anda.

Ambil contoh, Anda menginginkan sebuah mobil, maka gambarkanlah mobil sesuai impian Anda [pastikan mereknya / warnanya / tahun produksinya]. Atau Anda berkeinginan besar menjadi seorang artis hebat, Anda bisa menggambar diri Anda sedang berada di atas panggung megah dengan applaus banyak sekali orang [boleh juga anda gambarkan kostum panggung Anda]. Dan lain sebagainya impian Anda.

Sudah ? Sekarang mari kita sedikit bermain ilmu kebatinan.

Setelah Anda melihat hasil gambaran cita-cita Anda, apakah yang terbaca darinya ? Keagungan, kemegahan, keindahan, kepuasan. Lalu saya yakin Anda tidak akan membantah bahwa untuk mencapai itu semua pasti membutuhkan cara dan sarana, benar ?

Kembali lihatlah dalam-dalam dan renungilah gambar cita-cita Anda tadi. Tambahkanlah sebuah cara lainnya, dan semakin banyak Anda menambahkan cara akan semakin baik.

Selesai dan Anda simpanlah gambaran cita-cita itu.

Oh saya masih membaca raut wajah bingung tentang penglihatan cara dalam sebuah gambar cita-cita.

Begini.

Bila Anda menggambar mobil karena ingin memilikinya, maka cara termudah untuk mengejawantahkan mobil itu menjadi bentuk mobil seutuhnya adalah dengan menabung, untuk menabung caranya Anda harus berperilaku hemat, lalu Anda harus mengupayakan kenaikan penghasilan Anda secara nyata, caranya bekerjalah giat dan jujur. Insya Allah mobil impian Anda akan menghiasi rumah Anda.

Hal sama bisa Anda lakukan untuk rumah idaman, misalnya. Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah membuat rancangan denahnya, sehingga Anda bisa mengetahui luas tanah yang harus Anda persiapkan. Dengannya Anda bisa mereka-reka jumlah anggaran yang diperlukan untuk pembangunannya. Alternatif bila belum memiliki dana cukup, Anda memerlukan pinjaman, maka Anda harus memenuhi syarat menciptakan kepercayaan dari bank, yaitu reputasi dan referensi baik dari perusahaan tempat Anda bekerja, dan memiliki tabungan yang grafiknya membukit, bukan menggambarkan grafik gigi ikan piranha [kredit, debit, kredit, debit dan seterusnya tanpa adanya peningkatan saldo].

Bila Anda menginginkan jadi public figure yang dihormati atau menjadi panutan, maka Anda harus menciptakan cara untuk menjadi pribadi yang santun, berwawasan luas, memiliki jaringan pergaulan luas dengan pribadi-pribadi lain yang bisa mendukung dan mengangkat derajat Anda. Bukan berarti Anda harus memilih bergaul dengan orang-orang tertentu saja, Tuhan akan langsung menegur dan membatalkan impian Anda. Bergaullah dengan sebanyak-banyaknya karakter, namun jangan habiskan waktu Anda berkumpul dengan karakter yang mematikan impian Anda.

Sudah mulai terang kan sekarang ?

Jadi jangan lagi bangga dengan membayangkan cita-cita Anda lagi, bertindaklah dengan menggambarkannya, dan Anda akan melihat cara-cara baik darinya untuk ngejawantahnya cita-cita Anda.

Tidak ada kemustahilan, jadilah pemimpin sejati bagi diri Anda sendiri untuk mengendalikan arah masa depan Anda.

Bertindaklah aktif, jangan membayangkan.


Salam gemilang

Oleh : Benedict Agung Widyatmoko

Saturday, December 19, 2009

Friday, October 2, 2009

Rahasianya adalah “Pilihan” Anda !


Dalam hidup kita, seringkali ada perbedaan yang mencolok di antara satu dengan yang lain. Ada orang yang sangat sukses, ada yang rata-rata, dan ada juga yang gagal. Lantas apa yang membedakannya ?

Beberapa hari yang lalu, saya menanyakan satu pertanyaan kepada teman-teman di Facebook : “Apa yang membedakan orang yang mempunyai penghasilan 1 juta perbulan dengan orang yang mempunyai penghasilan 100 juta perbulan?" Apakah orang yang penghasilan 100 juta perbulan mempunyai kepintaran 100 kali lipat dibandingkan dengan yang mempunyai penghasilan 1 juta perbulan ?? Langsung saya mendapatkan banyak tanggapan dan komentar dari teman-teman.

Dalam artikel ini, saya ingin sharing apa yang disampaikan oleh teman-teman di facebook, begitu juga tanggapan dari beberapa peserta dalam seminar saya. Jawaban yang paling sering dilontarkan adalah bahwa :

1Orang yang penghasilan 100 juta lebih kerja keras dan rajin dari pada yang 1 juta. 2Lebih berani ambil risiko dan selalu take action. 3Orang yang punya penghasilan 1 juta tidak berani untuk bermimpi, tidak melakukan secara maksimal, belum apa-apa selalu negatif duluan... menganggap 100 juta itu impossible dan hanya mengganggap orang-orang yang berilmu tinggi yang sanggup mendapatkan penghasilan 100 juta. alias minder. 4Orang yang 100 juta mempunyai sistem yang bekerja untuk mereka alias lebih bijak. 5Orang yang berpenghasilan 100 juta mempunyai impian dan target yang jauh lebih besar alias ukuran impian mereka. 6Tempat di mana mereka bekerja atau alat yang dipakai. 7Sistem kepercayaan/ keyakinan mereka. 8.Kemampuan melihat peluang dan selalu melakukan yang terbaik. 9.Kemampuan memimpin/delegasi tugas. 10.Orang yang 100 juta lebih positif thingking dan selalu mencari kesempatan disetiap tantangan yang dihadapi. 11Faktor keberuntungan/nasibnya lebih baik. 12Mempunyai tujuan yang jelas untuk apa setelah mendapatkan 100 juta, sehingga passion nya lebih besar. 13Lebih banyak melayani dan selalu membuat orang lain senang. 14Cara kerja dan prosesnya berbeda. 15Knowledge dan informasinya lebih lengkap/ karena tahu caranya. 16Dan banyak sekali faktor lainnya.

Semua jawaban di atas ini adalah benar dan merupakan faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan antara orang yang mempunyai penghasilan 100 juta perbulan dengan yang penghasilan 1 juta. Tetapi kurang tepat karena masih ada satu faktor yang paling penting atau kita sebut kunci utamanya. Karena kebanyakan kita sudah tahu jawaban di atas, tetapi hidup kita tidak berubah, dan tetap biasa-biasa saja. Jawaban-jawaban di atas ibaratnya adalah mutiara-mutiara/batu diamond yang berceceran di lantai, dimana masih kurang satu faktor terpenting yang bisa membuat batu-batu diamond itu menjadi sangat berharga yaitu talinya. Jika mutiara-mutiara itu kita satukan dan rangkakan dengan talinya, maka akan menjadi sebuah kalung diamond yang begitu indah dan bernilai tinggi. Begitu juga dalam hidup kita dan faktor terpenting itu adalah PILIHAN Anda ! Yes.. Pilihan Andalah yang menentukan segalanya.

Apakah jawabannya adalah sesederhana ini, saya sering mendapat respon dari teman-teman dan peserta seminar: “Masa perbedaannya adalah pada pilihan kita, kalo gitu saya pasti mau pilih 100 juta dong..” Ya Betul.. tapi pertanyaannya adalah : “Apakah selama ini Anda sudah buat pilihan? Keputusan dalam hidup Anda untuk menjadi orang yang mempunyai penghasilan 100 juta perbulan?” Dan jawabannya Anda tahu sendiri…

Pembaca yang budiman,

Dalam hidup kita yang hanya 1 kali ini saja, buatlah pilihan yang berharga dalam hidup Anda. Anda pantas untuk hidup jauh lebih sukses dan lebih baik dari hari ini, sesuai ilustrasi di atas, Anda juga berhak untuk mempunyai penghasilan 100 juta perbulan atau 100 kali lipat dari penghasilan Anda sekarang.

Sekarang Anda sudah tahu rahasianya adalah pilihan Anda, so beranilah untuk buat pilihan, karena ketika Anda membuat pilihan, maka Anda akan sadar bahwa harus melakukan dengan cara yang berbeda. Anda akan lebih rajin dan lebih smart dalam memilih alat.

Jika Anda fokus pada hasil 100 kali lipat dari sekarang, Anda pasti mulai mencari segala faktor dan strategi yang mendukung Anda untuk mencapainya. Bertanyalah kepada diri Anda sendiri: apa yang harus saya lakukan, apa yang harus saya pelajari, siapa yang bisa membantu saya, mungkin saya harus pakai alat/kendaraan apa, sistem apa yang saya bisa pakai supaya bisa melipatgandakan hasil saya. Mulailah sebuah pencarian dan petualangan baru, yang pasti setelah Anda sudah membuat pilihan, maka hidup Anda mulai berubah!

Selamat mencoba dan saya doakan semoga Anda menempuh sebuah perjalanan hebat yang luar biasa dan segera memiliki kehidupan yang jauh lebih Sukses, Sehat, Kaya, dan Bahagia!

Oleh : Rudy Lim

Monday, August 10, 2009

Your Words Have Impact


Dalam perjalanan dari bandara ke rumah, saya menyempatkan berbincang-bincang dengan supir taksi untuk menghilangkan kebosanan di tengah kemacetan. Saya menanyakan sudah berapa lama di perusahaan taksi ini. Lalu supir ini menjawab "Baru 2.5 tahun". Dengan rasa penasaran saya kembali menanyakan, "Sebelumnya bekerja di perusahaan taksi lain Pak ?", dan kemudian supir ini menjawab dengan santai "Saya sebelumnya adalah supir pribadi untuk sebuah keluarga", "Hampir kurang lebih 10 tahun saya menjadi supir pribadi", kenang supir tersebut.

Apa yang memutuskan Bapak untuk berhenti dan pindah ke perusahaan taksi ini?, tanya saya Supir ini mulai mencurahkan perasaannya dengan bercerita bahwa suatu ketika ia tidak sengaja menghilangkan tiket parkir, dan sang majikan marah besar dan mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan perasaannya. Dua hari supir ini tidak masuk kerja karena memikirkan perkataan sang majikan. Sakit hati, sedih, kecewa menyelimuti perasaan supir ini saat itu. Akhirnya supir ini memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai supir pribadi dan pindah ke perusahaan taksi.Meskipun supir ini tidak mengungkapkan perkataan apa yang terlontar dari majikannya dulu, tapi dari raut mukanya saat cerita masih terlihat kekesalan tersimpan.

Pembaca yang setia, malam itu saya belajar suatu hal bahwa apa yang keluar dari mulut kita memiliki dampak yang sangat besar. Pada salah satu artikel saya di dalam buku Think and Act like A Winner yang berjudul Your Words can change everything, saya mengungkapkan bagaimana perkataan yang keluar dari mulut kita dapat mengubah sesuatu. Pengalaman hidup supir ini mengingatkan kita kembali bahwa perkataan yang keluar dari mulut kita perlu di jaga dengan baik dan positif. Mungkin dalam situasi tertentu kekesalan, amarah, emosi Anda memuncak, tapi sebelum Anda bertindak baik itu menegur atau memarahi, pikirkan lebih dahulu dengan kepala dingin.

Tulisan ini bukan untuk menggurui, tapi tulisan ini menjadi permenungan kita bersama terhadap tingkah laku, perkataan, perbuatan yang sudah kita lakukan kepada rekan kerja, bawahan, keluarga, dan orang yang kita cintai. Saya teringat sebuah kata bijak yang luar biasa mengatakan "They may forget what you have said, but they will never forget how you made them feel".

Mereka mungkin lupa apa yang pernah Anda katakan, tapi mereka tidak akan pernah lupa bagaimana Anda membuat mereka merasakannya. Mari mulai saat ini, Anda , saya dan kita semua membenahi diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik dalam mengeluarkan kata-kata. Perkataan kita bisa memotivasi orang, perkataan kita bisa menggerakan orang ke arah yang positif, tapi perkataan kita juga bisa membuat orang kecewa dan sedih. Mana yang Anda pilih teman?. Tak peduli apa profesi Anda, politikus, artis, guru, manager, penyanyi, pengusaha, penjaga toko, perkataan yang keluar dari mulut Anda bisa memberi dampak bagi orang sekitar. Semoga kita semua bisa memilih apa yang sepantasnya keluar dari mulut kita dengan bijaksana.


Oleh : Muk Kuang

Thursday, July 23, 2009

Bekicot...oh, Bekicot...!



Escargot, masakan Perancis yang mahal dan terkenal itu terbuat dari daging bekicot. Bekicot adalah siput besar berwarna coklat tua yang menjijikkan bagi sebagian orang. Bekicot dianggap hama oleh para petani. Dan bekicot adalah mainan saya saat saya masih kecil, saat berusia sekitar 5 tahun!
Saya teringat kembali semasa saya masih kecil. Tiap pagi hari, di kebun rumah nenek saya sering menemukan banyak bekicot yang merayap perlahan di tembok pembatas kebun. Mereka seperti berlomba-lomba merayap mendaki tembok tersebut.

Dengan isengnya, saya bermain-main dengan ujung jari telunjuk saya menyentuh tentakel mereka yang berbentuk seperti sepasang antena. Setiap kali tentakelnya tersentuh, bekicot akan langsung terkejut. Seketika bekicot akan menyurutkan sepasang tentakel beserta tubuhnya yang lunak berlendir masuk ke dalam cangkangnya, bersembunyi sampai situasi dianggapnya aman kembali.

Tetapi setelah beberapa saat, mereka pasti akan mengeluarkan tubuhnya kembali beserta tentakelnya. Lalu merayap kembali melanjutkan perjalanannya mendaki tembok. Dan pada saat itulah saya kembali menyentuh tentakel mereka satu persatu sambil berteriak kegirangan. Begitulah saya mempermainkan bekicot-bekicot itu secara terus menerus.

Karena merasa bosan, terkadang saya menjatuhkan mereka satu persatu dari tembok dan mencampakannya ke permukaan tanah yang masih lunak karena embun pagi. Tetapi setiap kali mereka terjatuh, mereka akan selalu berusaha merayap kembali mendaki dinding tembok yang sama. Sampai akhirnya saya merasa bosan dan meninggalkan mereka untuk bermain ke tempat yang lain.

Beberapa jam kemudian saya kembali menemui para bekicot yang saya tinggalkan tersebut. Ternyata mereka dengan perlahan telah berhasil mendaki tembok yang begitu tinggi. Begitu tingginya sampai tangan saya tidak dapat menjangkau mereka lagi. Sehingga terbebaslah mereka dari kejahilan saya.

Merenungkan pengalaman saya semasa kecil, saya mendapatkan suatu pelajaran yang sangat berharga. Inilah bagian dari pembelajaran kehidupan atau sekolah kehidupan atau universitas kehidupan (university of life). Pelajaran berharga yang saya ajarkan di Sekolah Bisnis Gratis USB. USB adalah Sekolah Gratis yang saya dirikan untuk membantu para generasi muda agar memiliki kehidupan sukses sesuai dengan pilihan lifestyle mereka sendiri.

Belajar dari pengalaman saya di masa kecil.

Manusia dalam kehidupannya mirip dengan para bekicot yang saya ceritakan tadi. Mereka berlomba-lomba mendaki ”tembok kesuksesan” dalam hidupnya. Tetapi di tengah perjalanan mencapai kesuksesan, nasib sering mempermainkan mereka. Seperti ujung jari telunjuk anak kecil yang membuatnya takut atau merasakan sakit.

Bahkan nasib juga terkadang mencampakkan kita ke tempat yang ”paling bawah”, situasi yang paling tidak diinginkan terjadi. Seperti bekicot yang terkejut tiba-tiba dicampakkan dari atas tembok ke tanah oleh seorang anak kecil. Merasakan sakit dan tidak berdaya. Sepertinya perjuangan selama ini untuk mencapai kesuksesan seketika menjadi sia-sia.

Tetapi… BERGURULAH pada BEKICOT. Bekicot hanya berlindung di cangkangnya, berdiam diri sebentar mengevaluasi situasi yang terjadi setiap kali mendapatkan rintangan atau kegagalan. Dan selalu kembali berusaha melanjutkan perjalanan setelah situasi dianggap aman.

Sekali pun pada suatu saat anda terjatuh ke dasar jurang kegagalan hidup yang paling kelam, karena dipermainkan oleh nasib. Tetaplah beranjak kembali merayap, mendaki tembok kesuksesan anda.

Pada suatu saat, nasib akan bosan mempermainkan anda. Pada suatu saat anda akan berhasil mencapai suatu puncak kesuksesan! Akan ada saat-saat di mana nasib tidak akan mampu mempermainkan anda lagi.

Tembok kesuksesan itu tetap ada, dari dulu sampai sekarang, bahkan sampai masa mendatang. Tuhan telah mendirikan tembok kesuksesan untuk dapat anda daki. Tembok kesuksesan yang tetap menanti untuk di daki oleh siapa saja insan ciptanan Nya yang tidak pernah mau menyerah pada nasib!

Inilah Faktor X ke empat dari fondasi kesuksesan, yaitu X-tra Coba 1 Kali Saja tiap kali mengalami kegagalan. Anda dapat juga membacanya lebih lengkap lagi di buku “8 Langkah Ajaib Menuju ke Langit”. “Buku Ajaib” yang telah mengubah pikiran dan nasib banyak pembacanya, demikian komentar banyak orang yang telah membacanya.

Oleh : Victor Asih

Tuesday, July 21, 2009

Pelajaran Dari Sebuah Ember


Suatu hari, seorang guru berbicara di depan sekelompok mahasiswa bisnisnya, dan ia berusaha mengajarkan sesuatu dengan memakai ilustrasi yang tidak akan dengan mudah dilupakan oleh para siswanya. Ketika dia berdiri dihadapan siswanya dia mengeluarkan ember berukuran galon yg bermulut cukup lebar, dan meletakkannya di atas meja.
Lalu ia juga mengeluarkan sekitar selusin batu berukuran segenggam tangan dan meletakkan dengan hati-hati batu-batu itu ke dalam ember. Ketika batu itu memenuhi ember sampai ke ujung atas dan tidak ada batu lagi yg muat untuk masuk ke dalamnya, dia bertanya: "Apakah toples ini sudah penuh?" Semua siswanya serentak menjawab, "Sudah!" Kemudian dia berkata, "Benarkah?" Dia lalu meraih dari bawah meja sekeranjang kerikil. Lalu dia memasukkan kerikil-kerikil itu ke dalam ember sambil sedikit mengguncang-guncangkannya, sehingga kerikil itu mendapat tempat diantara celah-celah batu-batu itu.

Lalu ia bertanya kepada siswanya sekali lagi: "Apakah ember ini sudah penuh?"

Kali ini para siswanya hanya tertegun, "Mungkin belum!", salah satu dari siswanya menjawab. "Bagus!" jawab sang guru. Kembali dia meraih ke bawah meja dan mengeluarkan sekeranjang pasir. Dia mulai memasukkan pasir itu ke dalam ember, dan pasir itu dengan mudah langsung memenuhi ruang-ruang kosong diantara kerikil dan bebatuan. Sekali lagi dia bertanya, "Apakah ember ini sudah penuh?"

"Belum!" serentak para siswanya menjawab.

Sekali lagi dia berkata, "Bagus!"

Lalu ia mengambil sebotol air dan mulai menyiramkan air ke dalam ember, sampai ember itu terisi penuh hingga ke ujung atas. Lalu si guru ini memandang kepada para siswanya dan bertanya: "Apakah maksud dari ilustrasi ini?"

Seorang siswanya yg antusias langsung menjawab, "Maksudnya, betapapun penuhnya jadwalmu, jika kamu berusaha kamu masih dapat menyisipkan jadwal lain kedalamnya!" "Bukan!", jawab si guru, "Bukan itu maksudnya. Sebenarnya ilustrasi ini
mengajarkan kita bahwa: JIKA BUKAN BATU BESAR YANG PERTAMA KALI KAMU MASUKKAN, MAKA KAMU TIDAK AKAN PERNAH DAPAT MEMASUKKAN BATU BESAR ITU KE DALAM EMBER TERSEBUT.

***

"Apakah batu-batu besar dalam hidupmu? Mungkin anak-anakmu, suami atau istrimu, orang-orang yg kamu sayangi, persahabatanmu, kesehatanmu, mimpi-mimpimu. Hal-hal yg kamu anggap paling berharga dalam hidupmu. Ingatlah untuk selalu meletakkan batu-batu besar tersebut sebagai yg pertama, atau kamu tidak akan pernah punya waktu untuk memperhatikannya. Jika kamu mendahulukan hal-hal yang kecil dalam prioritas waktumu, maka kamu hanya memenuhi hidupmu dengan hal-hal yang kecil, kamu tidak akan punya waktu untuk melakukan hal yang besar dan berharga dalam hidupmu".

Inilah salah satu yang diajarkan dalam manajemen waktu dimana manajemen waktu dapat berupa perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan produktivitas atas waktu. Waktu menjadi salah satu sumber daya unjuk kerja. Sumber daya yang mesti dikelola secara efektif dan efisien. Efektivitas terlihat dari tercapainya tujuan menggunakan waktu yang telah ditetapkan sebelumnya. Dan efisien tidak lain mengandung dua makna, yaitu: makna pengurangan waktu yang ditentukan, dan makna investasi waktu menggunakan waktu yang ada. Manajemen waktu bertujuan kepada produktifitas yang berarti rasio output dengan input. Tampak dan dirasakan seperti membuang-buang waktu dengan mengikuti fungsi manajemen dalam mengelola waktu.

Merencanakan terlebih dahulu penggunaan waktu bukanlah suatu pemborosan melainkan memberikan pedoman dan arah bahkan pengawasan terhadap waktu. Dari tinjauan secara komprehensif pekerjaan yang hendak dikerjakan dan rumusan tertulis sebuah rencana dapat diketahui prioritas hubungan antar aktivitas yang akan dikerjakan sendiri serta didelegasikan. Jebakan yang sering muncul disini adalah rasa percaya diri dapat cepat bila dikerjakan sendiri dimana itu perasaan yang kurang tepat. Setelah pengorganisasian terjadi maka penggerakan pun dilakukan yang mencakup pelaksanaan sendiri dan pemberian motivasi kepada pemegang delegasi. Satu hal yang penting ialah komitmen kuat untuk konsisten pada rencana dan mengeliminasi gangguan-gangguan termasuk permintaan bantuan dari atasan maupun bawahan dengan cara berani mengatakan "TIDAK".

Akhirnya setelah selesai tuntas pekerjaan dilakukan pengawasan berdasarkan rencana, yang tidak lupa memberikan reward terhadap keberhasilan. Dalam situasi waktu sesuai rencana belum habis sedangkan pekerjaan telah tuntas seyogyanya dipergunakan untuk menambah kuantitas, merencanakan pekerjaan selanjutnya dan atau investasi waktu. Akhirnya, kualitas manajamen waktu berpedoman kepada empat indikator,yaitu: tetap merencanakan, tetap mengorganisasikan, tetap menggerakkan, dan tetap melakukan pengawasan.

Oleh :Sugeng DT

Monday, July 20, 2009

Sang Pemecah Rekor Dunia


Keajaiban selalu terjadi di dunia ini. Keajaiban yang diciptakan manusia membuktikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin untuk dicapai. Kekuatan manusialah yang mengubah apa yang dulunya mustahil menjadi sebuah kenyataan yang mungkin bahkan tidak pernah kita percayai.

Sayangnya, beberapa dari mereka tidak mempercayai adanya keajaiban. Mereka tidak meyakini bahwa manusia diciptakan dengan memiliki kekuatan yang sangat tidak terbatas untuk melakukan dan meraih apa pun yang menjadi tujuan mereka. Mereka tidak menyadari, begitu lahir, mereka memiliki potensi yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.

Jika Anda belum mempercayai sepenuhnya, marilah lihat contoh nyata dari seseorang yang berhasil menciptakan keajaiban yang sungguh luar biasa.

Seorang anak gadis yang baru berusia 9 tahun memang pantas dianugerahi penghargaan sebagi jenius cilik. Gadis asal India yang bernama M. Lavinashree berhasil lulus ujian Microsoft Certified Professional.

Ia adalah orang termuda yang berhasil lulus ujian ini dan berhasil memecahkan rekor baru yang sebelumnya dicetak Arfa Karim, anak gadis asal Pakistan yang berusia 10 tahun. Bukan hanya itu saja, ia sebelumnya pernah menciptakan rekor dengan menghafal 1300 dongeng Tamil berusia 2000 tahun. Setelah lulus ujian, ia dikabarkan sedang berusaha menyelesaikan ujian Microsoft Certified Systems Engineer.

Jika kita berpikir dengan logika dan akal sehat, tentunya tidak mungkin seorang anak ingusan memiliki keahlian mencengangkan ini. Meskipun tidak percaya, memang inilah kenyataannya. Inilah bukti bahwa manusia memiliki kekuatan besar atau raksasa tidur yang jika dimaksimalkan, akan membuat kita semua kagum.

Oleh karena itu, jangan meremehkan kemampuan Anda. Jangan pernah menghakimi bahwa Anda orang yang biasa-biasa. Manusia adalah makhluk yang luar biasa yang sudah dilengkapi dengan senjata mutakhir bernama potensi. Jika Anda mampu mempergunakan dan mengasahnya, potensi ini akan mengantarkan Anda kepada impian-impian yang tidak pernah Anda bayangkan sebelumnya. Potensi ini jugalah yang mengubah Anda dari yang biasa menjadi luar biasa.

Oleh : Suhardi

Tuesday, July 14, 2009

MOS



Masa Orientasi Siswa merupakan ajang sosialisasi, orientasi, adaptasi terhadap lingkungan baru seperti teman, kakak kelas, situasi belajar, ekstrakurikuler, guru, karyawan dan lingkungan sekitar.

Saturday, July 4, 2009

Saya Banget!


Saat kolom ini saya tulis, putri saya, Suha, sedang keranjingan memutar lagu-lagu kesukaannya. Lagu yang malangnya, karena datang dari generasi berbeda, tak satupun saya kenali. Kemalangan berikutnya, lagu itu disimpan di komputer bapaknya. Kemalangan berikutnya lagi, ia selalu tergerak memutar lagu itu tepat ketika saya hendak menghidupkan komputer dan siap mengetik. ‘'Nunut sejenak,'' katanya. Lalu tangannya terampil menjelajah di mana lagu itu disimpan, mengeraskannya dan menyiksa bapaknya. Kemalangan terakhir ialah ketika saya harus mendengar lagu anak saya dari jenis yang asing, yang tidak saya sukai, tetapi harus saya dengar setiap kali.

Semula saya hampir menghenitkan gangguan ini dengan kekuasaan saya sebagai orang tua. Tapi sebelum niat ini saya laksanakan ada sebuah lagu, yang karena begitu sering saya mendengarnya, menjadi pelan-pelan akrap di telinga. Semula saya juga tak perlu menghafal judul dan siapa penyanyinya, karena jangankan band anak-anak muda asing, band negeri sendiri pun tak mungkin lagi saya hafali karena rasanya band baru selalu muncul tiap hari. Yang saya tahu, jika rambut anak muda itu lurus dan miring hingga menutup sebelah mata, naa itu pasti anak band, itu saja.
Tetapi lagu yang satu ini terpaksa saya hafal: Dear God judulnya, Evenged Sevenfold nama kelompoknya. Babak akhir inilah inti ceritanya: karena mulai menyukai lagu ini, saya pun setiuap kali tergerak untuk ikut-ikutan menyanyi. Tetapi setiap saya mulai menyanyi, anak saya selalu meledak dalam tawa.

‘'Stop... stop! Berhenti!'' begitu teriaknya.
‘'Ada apa?'' tanya saya.
‘'Karena Bapak nyanyi lagunya Evenged Sevenfold, tapi logatnya mirip Rhoma Irama!''
Sisi rumah meledak dalam gelak tawa.

Tawa itu membuat saya merenung. Kenapa ya, sekeras apapun usaha saya meniru anak-anak muda itu menyanyi, logat saya tetap saya jatuh ke cengkok Rhoma Irama atau Didi Kempot misalnya, musik yang memang seinduk dengan budaya saya. Sebuah kedekatan yang kemudian jelas akibatnya: sepersis apapun saya meniru Evenged Sevenfold, kepada Rhoma Irama pula saya berlabuh.

Ini sungguh bukan bencana, kecuali kalau kita sedang mempercayai rasisme budaya, bahwa yang satu lebih rendah dari yang lain. Rasisme semacam inilah yang pelan-pelan harus saya hilangkan, setidaknya dari konflik batin saya sendiri. Itullah kenapa saya senang sekali melihat Hermawan Kertadjaya berbahasa Inggris dengan percaya diri, tetapi dengan logat Surabaya. Saya juga senang sekali dengan rencana kelompok Slank yang ingin membuat album berbahasa Inggris dengan logat Inggris yang Indonesia banget. Darimana ilhamnya? Dari orang-orang Jamaica, yang betapapun mereka sedang bicara dalam bahasa Ingris, langsung tetangkap dari mana asal mereka. Logat itulah yang kemudian saya dengar telah menjadi logat salah satuh tokoh kartun di film Madagaskar kesukaan anak-anak saya. Lucu, unik, eksotik, asyik.

Apakah ini berarti orang-orang Amerika yang mengangkat martabat logat ini ke negeri Mereka? Tak sepenuhnya. Ini pasti juga karena orang Jamaica itu sendiri yang ogah merubah logatnya. Saya menyukai semangat ini. Sekarang ini, saya malah sedang ingin memperdalam bahasa Inggris tapi dalam logat kampung saya. Lalu saya bayangkan Inggris Kampung saya itu akan setara dengan rumah kampung, ayam kampung, yang kini naik harganya justru karena nilai kampungnya. Sekali lagi, ini bukan soal apakah kampung lebih hebat dari kota dan sebaliknya, tapi menyangkut soal: bahwa kota yang hebat itu ada, kampung yang hebat itu juga ada. Keduanya, tak perlu dipertukarkan. Itu saja.
Prie GS

Friday, May 29, 2009

Workshop Bedah Silabus


Workshop bedah silabus 29 Mei 2009 menjadi ajang peningkatan kompetensi guru-guru dalam rangka mempersiapkan diri menuju SBI

Monday, April 20, 2009

Kami SIAP


fokus, semangat, berdoa
SUKSES adalah HAK KAMU

Sunday, April 12, 2009

Motivasi Ala Sir Alex


Sir Alex Ferguson, manajer klub sepak bola Manchester United, adalah salah satu dari jajaran motivator hebat. Kali ini, tugasnya termasuk berat karena performa klub asuhannya lagi jeblok. Beberapa waktu lalu, United menderita dua kekalahan beruntun di Liga Primer Inggris dan ditahan imbang di kandang sendiri, dalam pertandingan Liga Champions.
Lalu, apa yang dikatakannya pada Wayne Rooney dkk. sewaktu mereka akan bertanding di kandang Sunderland, Sabtu (11/4), dalam lanjutan Liga Primer Inggris? Ia bilang, tim utama Manchester United harus meniru pegolf Tiger Woods (Amerika Serikat).

"Tiger Woods, sang bintang sejati, sudah absen dari golf sekian bulan. Dia lalu kembali setelah operasi lutut dan dia bisa memenangi turnamen (Invitasi Arnold Palmer) pekan lalu. Orang-orang yang spesial selalu masih punya semangat untuk memacu diri, guna memenangi apa yang ada selanjutnya...dan seterusnya. Itu ada dalam sifat mereka!" seru Fergie.

"Ada beberapa kalangan yang punya kebiasaan, ketika mereka ada di zona nyaman, mereka terlalu santai dan tak bisa kembali (bersemangat) lagi," jelas Fergie. Ia bilang, ia yakin timnya tak seperti itu dan bisa segera bangkit dari keterpurukan.

Hasilnya? Manchester United menang 2-1 kemarin malam dan memelihara peluang mereka menjuarai Liga Primer Inggris. Namun, Fergie sudah berpesan agar para pemainnya tidak lekas puas.

"Itu sikap buruk lainnya. Ada beberapa orang yang berpikir, 'Oh, aku tak perlu pergi kerja besok, sebab aku sudah punya uang yang cukup besar jumlahnya. Lalu, aku akan pensiun di usia 30'," demikian ucap manajer asal Skotlandia itu.

Fergie sendiri adalah contoh yang amant baik. Pada usia 67 tahun, ia masih terus "lapar" akan prestasi!

sumber : team andriewongso.com

Saturday, April 11, 2009

Maestro Pencipta Lagu Anak-Anak


Pencipta lagu anak-anak Abdullah Totong Mahmud yang dikenal dengan nama AT Mahmud ini menerima Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma dari pemerintah RI. Ia dinilai berjasa dalam mengembangkan dan meningkatkan sumber daya bangsa dalam menciptakan lagu untuk anak-anak yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak.

Penerima Piagam hadiah seni dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini memang telah menciptakan sekitar 500 judul lagu anak-anak. Lagu-lagu ciptaannya antara lain Ameia, Cicak, Pelangi, Bintang Kejora, dan Ambilkan Bulan, sangat terkenal dan baik untuk anak-anak. Semua lagu ciptaannya mengandung unsur edukasi yang sangat bermanfaat bagi perkembangan kecerdasan dan kepribadian anak-anak.

Maka melihat perkembangan lagu anak-anak sekarang ini, ia sangat prihatin. Keprihatinan ini dikemukakannya saat wawancara dengan Wartawan TokohIndonesia DotCom di rumah kediamannya, Jalan Tebet Barat II Jakarta, Senin 8 September 2003.

Menurutnya, banyak sekali lagu yang dinyanyikan anak-anak bukan lagu anak melainkan lagu orang dewasa dengan pikiran dan kemauan orang dewasa. Anak-anak hanya menyanyikan saja. Tanpa pemahaman dan penghayatan akan isi lagu. AT Mahmud mencontohkan dua lagu yaitu “Aku Cinta Rupiah” dan “Mister Bush”.

“Anak kecil mana tahu nilai rupiah atau dolar atau ringgit dan mata uang lainnya. Mereka juga tidak begitu kenal dan hirau dengan George Bush Junior yang melakukan invasi ke Iraq. Mereka belum memikirkan hal itu. Semua itu adalah pikiran dan kemauan orang dewasa yang dipaksa disuarakan anak-anak,” paparnya.

Menurut Mahmud, lagu anak-anak hendaknya mengungkapkan kegembiraan, kasih sayang, dan memiliki nilai pendidikan yang sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis anak. Bahasa dalam lagu anak pun harus menggunakan kosakata yang akrab di telinga anak.

Siapa sebenarnya AT Mahmud? Apakah dia sejak muda mempersiapkan diri menjadi pencipta lagu anak dan melulu mengurusi soal lagu anak?

AT Mahmud lahir di Palembang, Kampung 5 Ulu Kedukan Anyar, 3 Februari 1930. Ia anak kelima dari sepuluh bersaudara. Ibu bernama Masayu Aisyah, ayah bernama Masagus Mahmud. Ia diberi nama Abdullah dan sehari-hari dipanggil “Dola”. Namun, sebutan nama Abdullah atau Dola kemudian “menghilang”. Nama pemberian orang tua tercatat terakhir pada ijazah yang dimilikinya pada sekolah Sjoeritsoe Mizoeho Gakoe-en (sekolah Jepang) tahun 1945. Pada ijazah itu nama lengkapnya tertulis: Mgs (Masagus) Abdu'llah Mahmoed. Di rumah, kampung, dan teman sekolah, ia lebih dikenal dengan nama Totong. Pada surat ijazah Sekolah Menengah Umum Bagian Pertama (setingkat SLTP) tahun 1950, namanya tertulis Totong Machmud. Konon menurut cerita ibunya, ketika dirinya masih bayi ada keluarga Sunda, tetangganya, sering menggendong dan menimangnya sambil berucap, “... tong! ...otong!” Sang Ibu mendengarnya seperti bunyi “totong”. Sejak itu, entah mengapa, ibunya memanggilnya dengan “Totong”. Nama ini diterima di lingkungan keluarga dan kerabat. Nama lengkapnya kemudian menjadi Abdullah Totong Mahmud, disingkat A. T. Mahmud.

Mahmud masuk Sekolah Rakyat (SD) ketika tinggal di Sembilan Ilir. Setahun kemudian, setelah berumur 7 tahun, ia dipindahkan ke Hollandse Indische School (HIS) 24 Ilir. Ada kenangan yang tak dapat dilupakannya kepada guru HIS yang mengajarkan musik, khususnya membaca notasi angka. Cara guru mengajarkannya sangat menarik. Guru memperkenalkan urutan nada do rendah sampai do tinggi dengan kata-kata do-dol-ga-rut-e-nak-ni-an. Kemudian, urutan nada dinyanyikan kebalikannya, dari nada tinggi turun ke nada rendah masih dengan kata-kata kocak e-nak-ni-an-do-dol-ga-rut. Setelah murid menguasai tinggi urutan nada dengan baik, naik dan turun, melalui latihan dengan kata-kata, guru mengganti kata-kata dengan notasi.

Setelah itu, diberikan latihan lanjut membaca notasi angka, seperti menyanyikan bermacam-macam jarak nada (interval), bentuk dan nilai not. Sesudah itu barulah murid-murid diberi nyanyian baru secara lengkap untuk dipelajari. Cara mempelajari nyanyian demikian sungguh menyenangkan.

Pada tahun 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah pada bala tentara Jepang. Saat itu ia duduk di kelas V HIS. Dalam keadaan peralihan kekuasaan pemerintahan itu, ia pindah ke Muaraenim. Di sana, ia dimasukkan ke sekolah eks HIS, yang telah berganti nama menjadi Kanzen Syogakko. Di sinilah ia mulai bermain sandiwara dan mengenal musik. Sandiwara yang pernah ia ikuti adalah ketika sekolah mengadakan pertunjukan pada akhir tahun ajaran bertempat di gedung bioskop. Cerita yang ditampilkan legenda dari Sumatra Barat, berjudul Sabai Nan Aluih dan ia berperan sebagai Mangkutak Alam.

Di kota ini pula ia berkenalan dengan Ishak Mahmuddin, seorang anggota orkes musik Ming yang terkenal di kota Muaraenim. Ming adalah nama pemimpin orkes. Alat yang dikuasai Ishak adalah alat musik tiup saksofon, selain beberapa alat musik lain. Ishak kemudian mengajarinya bermain gitar. Selain itu, Ishak yang pandai mengarang lagu itu turut membimbingnya mengarang lagu. Melihat kemampuan Mahmud yang terus meningkat, Ishak pun mengajaknya bergabung dengan Orkes Ming umtuk memainkan alat musik, dan kadang-kadang ukulele serta bas.
Masa revolusi 1945-1949 membuatnya tidak dapat bersekolah dengan baik. Ia ikut masuk kancah perjuangan dengan menjadi anggota Tentara Pelajar. Selama masa itu, kehidupannya berubah. Ia berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, dari satu kota ke kota lain, bahkan keluar masuk hutan. Syukurlah, ia dapat melewati masa itu dengan selamat, meskipun ada rkan-rekannya yang meninggal.

Setelah Belanda mengakui kedaulatan RI, Mahmud pun keluar dari kesatuan Tentara Pelajar. Ia kemudian melanjutkan sekolah dan dinyatakan lulus dari SMU bagian Pertama (SLTP) setelah mengikuti ujian akhir pada tanggal 11-16 Agustus 1950. Ketiadaan biaya membuatnya tidak dapat segera melanjutkan pendidikan. Pamannya, Masagus Alwi mengajaknya bekerja di salah satu bank milik Belanda yang masih beroperasi. Ajakan tersebut diterima. Di tempatnya bekerja, ia dapat melihat langsung keramaian lalu-lintas, lalu-lalang kendaraan, pejalan kaki, juga para siswa membawa buku sekolahnya. Pikiran dan perasaannya mulai gelisah. Ia ingin kembali ke sekolah.

Kebetulan di Palembang sedang dibuka Sekolah Guru bagian A (SGA) yang memberi tunjangan belajar bagi siswanya selama tiga tahun, dengan syarat setelah tamat bersedia ditempatkan di mana saja sebagai guru. Ia pun berhenti bekerja di bank dan segera mendaftar sebagai siswa baru di SGA. Selama tiga tahun (1951-1953) ia belajar di SGA, dari tahun 1951 sampai dengan 1953. Selama pendidikan di SGA, ia pernah mengarang nyanyian untuk ibu. Kata-katanya bila disimpulkan, berbunyi: betapa dalam laut, betapa tinggi gunung, tidak dapat melebihi dalam dan tingginya kasih Ibu. Sayang, teks nyanyian ini tidak dimilikinya lagi, hilang.

Setelah lulus SGA, ia ditempatkan di Tanjungpinang, Riau, menjadi guru SGB di kota itu. Ia berangkat ke Tanjungpinang dengan pesawat terbang Catalina yang mampu mendarat di permukaan laut. Di dermaga, Kepala SGB menyambut kedatangannya. Ia dibawa ke sebuah hotel tempat tinggalnya selama bertugas di Tanjungpinang. Di luar dugaannya, gaji pegawai di Tanjungpinang dibayar dengan mata uang dolar, bukan rupiah. Dengan gaji dolar, hidup guru dan pegawai PNS pada umumnya lebih dari cukup.

Di kota inilah ia berkenalan dengan Mulyani Sumarman, guru Bahasa Inggris SMP Negeri. Hubungan pun makin lama makin erat. Menjelang tahun ketiga berada di Tanjungpinang, ia merasa sudah waktunya pindah. Ia ingin ke Jakarta. Ia ingin melanjutkan pendidikan di B I Jurusan Bahasa Inggris dan membangun rumah tangga dengan Mulyani. Ia mengajukan permohonan pindah, dan dikabulkan. Mulyani akan menyusul.

Pada tahun 1956, ia pindah ke Jakarta diangkat menjadi guru di SGB V Kebayoran Baru. Kemudian, mendaftarkan diri pada B I Jurusan Bahasa Inggris. Tanggal 2 Februari 1958 ia menikah dengan Mulyani. Kemudian Mulyani diboyong ke Jakarta setelah mengajukan permohonan pindah mengajar.

Mulyani ditempatkan di SMP 11 Kebayoran Baru yang tepat berhadapan dengan sekolahnya mengajar. Mulyani pun mendaftar diri kembali pada B I Jurusan Bahasa Inggris. Dengan demikian, mereka dapat pergi dan pulang dari mengajar, atau pun kuliah di BI bersama-sama dengan mengendarai sepeda motor. Dari perkawinan ini mereka dikarunia tiga orang anak, seorang laki-laki, dua orang perempuan, yaitu Ruri Mahmud, Rika Vitrina, dan Revina Ayu.

Setelah menyelesaikan B I Jurusan Bahasa Inggris tahun 1959, Mahmud dipindahkan mengajar pada SGA Jalan Setiabudi, Jakarta Selatan. SGA mendididik calon guru Sekolah Dasar. Di sini ia berkenalan dengan Bu Fat dan Bu Meinar, guru Seni Suara.

Awal tahun 1962, dengan biaya Colombo Plan, ia ditugaskan kuliah di University of Sydney, Australia, guna memperoleh sertifikat mata kuliah The Teaching Of English As A Foreign Language selama satu tahun. Januari 1963 ia mendaftarkan diri pada Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Jakarta untuk melanjutkan pendidikan sampai sarjana. Pada tahun yang sama ia dipindahtugaskan ke Sekolah Guru Taman Kanak-Kanak (SGTK) di Jalan Halimun, Jakarta Selatan.

Di SGTK seolah ia menemukan lahan subur untuk mengembangkan bakat musiknya, khususnya mencipta lagu anak-anak. Ia pun meninggalkan kuliah bahasa Inggris, keluar dari Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, dan menekuni musik.

SGTK memiliki suasana yang mendorongnya untuk menekuni dunia musik. Pimpinan sekolah sendiri senang akan musik. Guru Seni Musik pandai bermain piano dan mengarang lagu. Siswa SGTK turut memberikan dorongan baginya untuk mengarang lagu anak-anak. Tiap kali siswa SGTK melakukan latihan praktik mengajar, ada yang memerlukan lagu dengan tema tertentu menurut tugasnya. Pada masa itu, mencari lagu anak-anak yang sesuai dengan anak-anak agak sulit. Siswa yang memerlukan lagu baru datang kepadanya meminta dibuatkan lagu. Ia pun mencoba. Lagu yang telah dibuat, diajarkan pada anak-anak TK saat praktik mengajar. Ternyata, lagu itu disukai. Hal ini membesarkan hatinya dan membuatnya makin tekun mengarang lagu anak-anak.

Di rumah pada waktu senggang, ia mencoba mengarang lagu anak-anak sambil memetik gitar miliknya. Lagu anak-anak tentu berbeda dengan lagu untuk orang dewasa. Di mana bedanya? Pada pikiran, perasaan, dan perilaku anak itu sendiri. Ia pun mempelajari lagu anak-anak yang telah ada, seperti lagu-lagu Ibu Sud, Pak Dal, dan pencipta lagu anak-anak yang lain.

Saat tinggal di Kebayoran Baru, Mahmud sering mengajak anaknya bermain ke Taman Puring. Di sana ada ayunan, jungkat-jungkit, dan lapangan yang cukup luas sehingga anak-anak dapat melakukan permainan lain, seperti main lempar bola atau kejar-kejaran. Roike yang saat itu baru berumur 5 tahun senang sekali bermain ayunan. Ia begitu menikmati permainan itu dan menjaga agar anaknya tidak sampai mengalami kecelakaan. Perasaan Roike dan pesan agar hati-hati sehingga tidak mengalami itu ia tuangkan ke dalam lagu "Main Ayunan".

Inspirasi lagu “Pelangi” hadir ketika ia mengantar anaknya, Rika, yang masih berusia lima tahun sekolah di TK. Di tengah perjalanan, Rika berteriak, “Pelangi!” sambil menunjuk ke arah langit. Ia mulai menyanyikan pelangi, mencari kata-kata yang tepat yang menjadi pikiran anak kecil, selanjutnya ketika tiba di rumah, ia iringi dengan gitar dan jadilah sebuah lagu.

Lahirnya lagu “Ambilkan Bulan” terjadi ketika anaknya Roike tengah bermain di beranda rumah. Saat itulah ia melihat ke langit dan melihat bula. Segera ia berlari dan menggandeng lengan ayahnya diajak ke luar. Tiba-tiba si anak berkata, “Pa, ambilkan bulan.” Jelas saja AT Mahmud bingung. Awalnya kejadian itu berlalu begitu saja. Namun, permintaan si anak terus terngiang di telinganya. Minta bulan, untuk apa? Dengan mencoba menerawang dunia dan bahasa anak, AT Mahmud pun menuliskan permintaan itu dalam bait-bait lagu. Tadinya “ambilkan bulan pa” diubah menjadi “ambilkan bulan bu” sehingga terkesan lebih lembut.

Lain lagi dengan lagu “Amelia”. Amelia adalah nama seorang anak kecil yang riang, sering bertanya, tidak bisa diam, lincah, dan ingin tahu banyak hal. Amelia adalah anak dari Emil Salim, Menteri Lingkungan Hidup pada masa Orde Baru. Emil Salim tak lain adalah sahabat waktu kecil Mahmud ketika sama-sama sekolah di Sekolah Menengah Umum Bagian Pertama (SMU, setingkat SLTP), di Palembang. A.T. Mahmud melukiskan sifat Amelia dalam lagunya sebagai gadis cilik lincah nian, tak pernah sedih, riang selalu sepanjang hari.

Dorongan untuk membuat lagu datang pula dari guru-guru. Salah satunya adalah Ibu Rosna Nahar. Para siswa pun senang dengan lagu-lagu ciptaannya. Ia kemudian membentuk kelompok paduan suara siswa SPG. Lagu ciptaannya terus bertambah, dan mulai tersebar di Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar terdekat, kemudian melebar di sekolah-sekolah lain. Radio Repulik Indonesia (RRI) memintanya membantu mengisi acara anak-anak pada sore hari, dengan memperkenalkan lagu lama maupun baru. Kesempatan ini ia pergunakan untuk memperkenalkan lagu ciptaannya sendiri.

Pelan tapi mantap, lagu-lagunya mulai dikenal di kalangan anak-anak, guru sekolah, dan orang tua. Tahun 1968, Televisi Republik Indonesia (TVRI) mengundangnya. Salah seorang pejabat di sana menjelaskan bahwa TVRI ingin menyelenggarakan sebuah acara baru, yaitu musik anak-anak tingkat SD. Ia diminta untuk mengoordinasi acara ini. Akhirnya jadilah sebuah acara bertajuk “Ayo Menyanyi” yang mulai mengudara tanggal 3 Juni 1968.

Sumber lagu umumnya diambil dari lagu-lagu ciptaan, antara lain: Ibu Sud, Pak Dal, Pak Tono, S.M. Moechtar, Kasim St. M. Syah, A.E. Wairata, S. Anjar Sumyana, C. Tuwuh, Martono, Andana Kusuma, Angkama Setiadipradja, Pak Sut, Pak Rat, Kusbini, Daeng Soetigna, Hs. Mutahar, L. Manik, M.P. Siagian, A. Simanjuntak, R.C. Hardjosubrata, Sancaya HR, dan Mus K. Wirya.

Dari lagu-lagu yang dikirimkan, dan masih dikenal, antara lain: "Terima Kasihku" oleh Sri Widodo dari Yogyakarta, "Bunga Nusa Indah" oleh Djoko Sutrisno, dan 'Anugerah" oleh Indra Budi (putra Bu Meinar). Ayo Menyanyi telah menjadi salah satu wadah bagi mereka yang berminat untuk membuat lagu anak-anak, pendidikan musik anak-anak khususnya. Bertanggal April 1968, ia menerima sebuah lagu dari Mochtar Embut, berjudul "Ibu Guru Kami", yang kemudian disiarkan di TVRI.

Atas usul AT Mahmud, tahun 1969 TVRI menambah acara lagu anak yaitu “Lagu Pilihanku”. Jika “Ayo Menyanyi” berbentuk pelajaran untuk menyanyikan lagu baru, maka “Lagu Pilihanku” bersifat lomba. Jumlah peserta 5 (lima) orang yang dipilih melalui tes. Untuk testing, calon peserta harus melapor diri pada Kepala Sub Bagian Pendidikan, yang kemudian akan memperoleh Surat Peserta Testing. Testing dilakukan oleh dua orang yang ditunjuk koordinator acara, berlangsung di studio TVRI. Acara ini ditayangkan dua kali sebulan, bergantian setiap seminggu sekali dengan Ayo Menyanyi.

Setelah kedua acara di atas berlanjut dan berkesinambungan selama 20 tahun, pada tahun 1988, atas suatu kebijaksanaan pimpinan TVRI, seluruh tim diminta mundur dari kedua acara tersebut. Untuk beberapa saat acara Ayo Menyanyi dengan nama lain dilanjutkan dengan pembawa acara seorang artis, yang berlangsung tidak lama. Kemudian, pembawa acara digantikan seorang artis lain. Itu pun hanya bertahan sebentar, kemudian untuk seterusnya menghilang sama sekali dari tayangan di layar TVRI.

Kehadiran acara Ayo Menyanyi dan Lagu Pilihanku, ternyata telah menarik minat kalangan perusahaan rekaman untuk merekam lagu anak-anak pada piringan hitam. Tercatat nama perusahaan rekaman, seperti: Remaco, Elshinta, Bali, Canary Records, Fornada, J & B Records. Lagu-lagu ciptaan AT Mahmud pun mendapat perhatian. Di samping lagu-lagu ciptaan pencipta lainnya, ada sekitar 40-an lagu A. T. Mahmud tersebar pada 7 (tujuh) piringan hitam antara tahun 1969, 1972, dan tahun-tahun sesudah itu, yakni Citaria, Musim Panen. Jangkrik, Gelatikku. Layang-Layangku, Ade Irma Suryani, Kereta Apiku, Jakarta Berulang Tahun, Pemandangan, Timang Adik Timang, Pulang Memancing, Hadiah untuk Adik, Tidurlah Sayang, Mendaki Gunung, Sekuntum Mawar, Tepuk Tangan, Kincir Air, Dua Ekor Anak Kucing, Bulan Sabit, Lagu Tor-Tor, Tupai, Burung Nuri, Di Pantai, Senam, Bintang Kejora, Aku Anak Indonesia, Aku Anak Gembala, Kunang-Kunang, Naik Kelas, dan Awan Putih.

Waktu terus berjalan. Akhirnya, salah satu lembaga pendidikan Islami meminta AT Mahmud untuk memberikan penataran sejenis pada sekolahnya untuk guru-guru TK. Ia berpendapat, alangkah baiknya jika contoh lagu yang ia berikan, juga bernapaskan Islami. Yang Islami itu yang mana? Karena hal ini merupakan sesuatu yang baru baginya. Mahmud mencari tahu apa yang dimaksudkan dengan lagu islami, seni islami pada umumnya. Di satu sisi, tentu ada yang sama, yaitu sasarannya tetap anak-anak juga. Akan tetapi, di sisi lain, tentu ada bedanya dengan lagu anak-anak yang umum. Bedanya paling tidak pada pesan yang akan disampaikan, pada maksud dan tujuan yang ingin dicapai.

Mulailah ia mencari buku-buku referensi. Dari beberapa buku Islami yang dibaca, ia mulai mempelajari tentang seni Islam, musik Islami, atau lagu Islami. Ia menemukan jawaban pada buku yang ditulis M. Quraish Shihab "Wasasan Al-Quran", bagian keempat: "Wawasan Al-Quran tentang Aspek-Aspek Kegiatan Manusia" subbab "Seni" halaman 398.

"... seni Islam adalah ekspresi tentang alam, hidup, dan manusia yang mengantarkan menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan keindahan ...menggambarkan hubungan ...dengan hakikat mutlak, yaitu Allah swt. ...dengan tujuan memperhalus budi, mengingatkan tentang jati diri manusia, menggambarkan akibat baik dan buruk dari suatu pengamalan ..."

Pengertian ini dianggapnya sejalan dengan rumusan yang dikutip dari bacaan lain, berbunyi: " (musik islami) bermaksud dan bertujuan untuk meningkatkan daya pikir dan rasa dalam kaitan gagasan dan pendidikan akhlak, dengan cakupan dua aspek, yaitu a) akhlak terhadap Allah, dan b) akhlak terhadap sesama manusla.

Dalam pengertian inilah kemudian ia menciptakan lagu-lagu Islami, dengan cara menerjemahkannya menurut dan sesuai dengan karakteristik anak yang sedang tumbuh dan berkembang menuju kedewasaannya.

AT Mahmud pun memikirkan untuk menghimpun semua lagu yang diciptakan dalam bentuk buku. Ia pernah mencetak sendiri, dengan biaya sendiri, dan penyebaran sendiri melalui sekolah langsung, yang menghasilkan dua buku kumpulan lagu yaitu “Lagu Anak-Anak Kami Menyanyi” (44 lagu) disusun pada tahun 1969 dan “Lagu Anak-Anak Main Ayunan” (30 lagu) pada tahun 1970.

Penerbit PT Sinar Bandung mencetak lagu-lagunya berjudul “Nyanyianku” (30 lagu yang pada umumnya berbeda dengan lagu pada “Main Ayunan”, tahun penerbitan tidak ada. Tahun 1976, I. Elisa dari Bandung menerbitkan sendiri 8 lagu cipaannya dalam gubahan untuk iringan piano, dengan judul “Lagu Anak-Anak”. Penerbit Yudhistira Jakarta menerbitkan tiga kumpulan lagu berturut-turut, masing-masing dengan judul “Merdu Berlagu” dalam 4 jilid (tahun penerbitan tidak tercantum).

Ternyata, penerbit besar pun ikut tertarik menerbitkan buku lagu-lagu anak. Di antara penerbit yang menerbitkan buku kumpulan lagu-lagu adalah Balai Pustaka, Tiga Serangkai Solo, Gramedia, Grasindo. Grasindo pun menerbitkan nyanyian Islami berjudul “Mustiqa Dzikir Nyanyian Islami Berdasarkan Hadis Rasulullah”.

Selain menciptakanlagu, AT Mahmud pun sempat menulis beberapa buku, terutama sebagai anggota tim. Hal itu terjadi ketika menjadi anggota tim penulis untuk buku musik SPG pada Proyek Penyedian Buku Sekolah Guru Tahun ke-5 Pembangunan Lima Tahun I 1973/1974. Sejumlah buku yang ditugaskan pada timnya adalah Buku Musik 1, 2, 3, dan 4 untuk SPG. Selanjutnya, ia bersama Bu Fat menulis buku pelajaran musik “Musik di Sekolah Kami Belajar Seni Musik Aktif dan Kreatif untuk Sekolah Dasar” yang diterbitkan Balai Pustaka tahun 1994.

Tahun 1995 ia menulis buku “Musik dan Anak” atas permintaan Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan 1994/1995 Direktorat Jenderal Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sekitar bulan Oktober 1999, Seli (Seli Theorupun Pontoh) dari Sony Music bertamu ke rumahnya. Dia datang bersama Dian Hadipranowo yang ternyata pernah menjadi guru piano cucunya, Sasti. Seli menjelaskan maksud kedatangan mereka, pertama ingin berkenalan dengan A. T. Mahmud, kedua, Sony Music bermaksud meluncurkan album perdana lagu anak-anak dengan label Sony Wonder.

Saat itu dirasakan bahwa lagu anak-anak yang ada di pasaran pada umumnya lagu-lagu yang agak "lain", berbeda dengan lagu anak-anak yang pernah diciptakan seperti oleh A. T. Mahmud, Ibu Sud, atau Pak Kasur. Sony Music ingin memunculkan kembali lagu anak-anak yang dahulu akrab di telinga anak-anak Indonesia. Mereka yakin, di kalangan orang tua pada umumnya ada rasa kerinduan akan lagu-lagu semacam itu.

AT Mahmud terkejut dengan apa yang disampaikan. Ia sangat senang lagu-lagu karyanya diperhatikan. Segera ia serahkan sejumlah koleksi lagu-lagu yang kebetulan telah difotokopi dari naskah asli. Menjelang bulan Mei 2000, Sony Music telah memilih 15 (lima belas) lagu dengan penyanyi Tasya (Shafa Tasya Kamila), dan penata musik Dian Hadipranowo.

Pada 4 Mei 2000 lagu-lagu yang terpilih dengan label Sony Wonder berjudul "Libur Telah Tiba" dengan subjudul "Karya Abadi A. T. Mahmud" diedarkan. Atas keberhasilan album ini, selalu ia katakan pada diri sendiri, keberhasilan album itu bukanlah semata karena lagu A. T. Mahmud. Setidaknya ada tiga unsur yang terlibat, saling mendukung, yaitu, lagu, Tasya sebagai penyanyi anak, dan tatanan musik Dian, dalam kesatuan utuh. Tak kalah penting adalah "keberanian" Sony Music memunculkan kembali lagu-lagu lama yang sudah puluhan tahun umurnya dalam satu kaset.

Setahun kemudian tanggal 5 Juni 2001 Sony Wonder mengedarkan album kedua dengan semua lagu ciptaannya berjudul "Gembira Berkumpul". Kembali sambutan masyarakat akan album ini tidak mengecewakan. Kemudian 18 Oktober 2001, menjelang bulan Ramadan 1422 H, Sony Wonder meluncurkan album "Ketupat Lebaran" yang memuat 11 (sebelas) lagu Islami. Tiga di antara lagu itu, liriknya ditulis oleh Ni Luh Dewi Chandrawati, yakni "Ketupat Lebaran", "Sahur Telah Tiba", dan "Tanganku Ada Dua". Dua lagu diambil dari lagu lama yang tidak dikenal nama penciptanya.

Atas prestasinya di bidang musik, AT Mahmud telah banyak menerima penghargaan. Empat penghargaan terakhir adalah bulan Oktober 1999, menerima Hadiah Seni dari Pemerintah, yang diserahkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Juwono Sudarsono. Inilah hadiah seni pertama yang diterimanya dari Pemerintah dalam suatu upacara resmi.

Februari tahun 2001, pada saat peluncuran film Visi Anak Bangsa karya Garin Nugroho, bertempat di gedung Teater Indonesia TMII, menerima penghargaan dalam bentuk lontar yang diserahkan oleh Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri. Di atas lontar tertulis: Untuk yang mencipta melintasi keberagaman budaya memberi keindahan dan kemuliaan keberagaman hidup

Mei 2001 bertempat di Golden Room Hotel Hilton, diprakarsai dan melalui Yayasan Genta Sriwijaya, ia menerima penghargaan berupa trofi dari masyarakat Sumatra bagian Selatan, bersama-sama dengan tiga orang tokoh yang lain.

Pada Agustus 2003, ia pun menerima Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma dari Pemerintah RI (Keppres No.052 /TK/Tahun 2003 Tanggal 12 Agustus 2003).

Satu bulan kemudian, Anugerah Musik Indonesia (AMI) memberikan penghargaan berupa Lifetime Achievement Award kepadanya atas sumbangsihnya terhadap dunia musik.

Namun, di samping penghargaan formal itu, ada bentuk penghargaan lain yang informal, tetapi sangat menyentuh hati, menimbulkan rasa haru yang mendalam, yaitu penghargaan dari guru, berbentuk lagu. Lagu pertama, pada tahun 1982, ketika terlibat pada proyek peningkatan mutu guru SPG tingkat Nasional yang diselenggarakan di Puncak. Bertepatan pada hari ulang tahunnya, tanggal 3 Februari 1982, Siti Romlah, salah seorang peserta dari Yogyakarta, menghadiahkan sebuah lagu ciptaannya sendiri, berjudul "Di Hari Ulang Tahunmu, Papa".

Lagu kedua ketika menjadi salah seorang penatar pada Pendidikan dan Pelatihan Instruktur Tingkat Dasar Guru Taman Kanak-Kanak Atraktif, Pusat Pengembangan Penataran Guru Keguruan Jakarta yang diselenggarakan di Parung, Bogor, bertempat di gedung PPPG Bahasa tahun 1999, dengan peserta para guru pembina Taman Kanak-Kanak se-Indonesia. Pada saat minta diri, para peserta memintanya untuk mendengarkan sebuah lagu yang telah diciptakan sebagai kenang-kenangan. Lagu dibuat oleh Renni Kusnaeni dari TK Pembina Subang, Jawa Barat, dan syair oleh Munifah dari TK Pembina Lamongan, Jawa Timur. Naskah lagu ini bertanggal 23 Juli 1999. Seluruh peserta yang sudah dilatih malam sebelumnya bernyanyi bersama.

Setiap kali mendengar lagu ciptaannya dinyanyikan, yang pertama-tama terbayang adalah peristiwa atau cerita bagaimana lagu itu tercipta dalam ruang, waktu, dan pelaku yang melatari. Atas dasar itu pulalah dikatakan bahwa lagu ciptaannya bersumber pada tiga hal, yang berdiri sendiri atau saling mempengaruhi. Pertama: bersumber pada perilaku anak itu sendiri. Kedua: pada pengalaman masa kecilnya. Ketiga: pesan pendidikan yang ingin ia sampaikan pada anak-anak.
sumber : Yayat Sudrajat - Yusak

Friday, April 10, 2009

Menemukan Impian


Halah, emang hilang? Tidak tau, ya. Dulu rasanya ketika kecil, kita semua punya impian. Atau kalau tidak salah, dulu namanya cita-cita. Lalu masing-masing kita bukan hanya cerita tentang occupation yang ingin kita miliki di kala dewasa. Kadang, kita juga sampai menceritakan hal-hal rinci terkait occupation itu.

”Aku mau jadi pilot. Terus aku bisa terbang ke banyak negara. Jadi bisa nginap di hotel-hotel bagus di banyak negara. Terus bikin foto-foto di sana. Karena sering terbang ke banyak negara, aku akan punya uang banyak. Jadi nanti bisa bikin rumah yang besar. Ada kolam renangnya. Punya mobil bagus. Bisa beli-beli makanan enak. Rumahku akan aku susun jadi bagus dan indah. Bertingkat 3 kayaknya seru ya.”

Semakin lama seorang anak dibiarkan bercerita, maka akan semakin lengkaplah hal-hal itu. Termasuk mungkin dia akan bisa punya anak asuh. Bisa menyumbang ke korban-korban bencana, bukan hanya ikut prihatin ketika melihat berita di televisi. Jadi seringkali impian mereka tidak hanya terkait dengan materi. Bahkan juga beramal dan mungkin perjalanan-perjalanan ibadah juga menjadi bagian dari impian mereka.

Masih ingatkah Anda seberapa lengkap impian Anda? Sebagian dari mimpi Anda, termasuk untuk membahagiakan kedua orangtua Anda, kan? Nah, sekarang Anda ingat kembali impian-impian Anda waktu kecil.

Mau bermain-main sedikit? Bukan untuk tujuan serius, sekedar iseng-iseng dan siapa tahu bermanfaat.

Coba Anda ambil kertas, atau tuliskan saja di wordprocessor Anda. Impian-impian apa saja yang masih Anda ingat dan menjadi keinginan Anda di waktu kecil dulu. Tidak perlu malu, karena saya toh tidak akan minta Anda menceritakannya kepada saya atau kepada siapapun.

Menyenangkan ya? Kalau kita lihat impian anak yang saya jadikan contoh tadi, berarti dia punya sekitar 15 impian. Hai-hai, sungguh banyak ya? Padahal beberapa impian di contoh tadi masih bisa dibuat lebih rinci lagi.

Ayolah, hanya untuk bersenang-senang saja, kok. Jangan takut, kan itu impian Anda waktu kecil dulu. Coba saja diingat-ingat. Tidak perlu berurutan, tetapi tuliskan lebih rinci, kan ini hanya bermain. Tidak perlu juga takut menceritakan yang rinci. Anda juga tidak dituntut untuk mewujudkannya.

Oke, bisa sampai 100 tidak ya? Atau hanya 15 saja? Oh, ada yang bisa 75 impian, hebat sekali!!! Ada yang sudah punya lebih dari 100 impian? Luar biasa!!!

Nah, itu semua kan impian Anda saat masih kecil. Jadi biasa saja kalau jadi banyak. Biasa pula, kalau sekarang Anda menganggap itu hal yang lucu. Apalagi kita memang sedang ingin bermain-main sebentar. Jangan terus-terusan serius lah.

Butuh banyak sekali biaya untuk menghilangkan kerut di pelipis, di atas hidung dan di atas alis Anda. Jadi mari sekarang kita bermain-main sebentar. Nah, mari kita lihat kembali dari impian nomer 1 hingga nomer terakhir. Ini juga masih dalam tujuan bersenang-senang saja.

Sudah adakah hal-hal dalam impian Anda itu yang tercapai sekarang? Nah, lucu kan. Beberapa dari impian-impian masa kecil kita itu ternyata sudah tercapai ya? Nah, sekarang senyum Anda menjadi semakin lebar. Memang, kita kan sedang bersenang-senang. Jadi tidak ada gunanya mengkerutkan kening, ya?

Tapi sekarang mari kita ingat-ingat dikit. Dikit aja, jangan sampai membuat kening Anda terlalu berkerut. Coba lihat hal-hal yang dulu diimpikan dan sekarang sudah dicapai. Apakah selama sekian tahun Anda mengingat itu sebagai sesuatu yang Anda inginkan. Sehingga begitu kesempatan ada, maka Anda segera meraih impian Anda itu?

Nah, sekarang baru main-main kita jadi serius ya? Ya, masa dari tadi main-main terus. Kan Anda sudah bukan lagi anak-anak.

Impian bukan goals. Karena goals adalah milestone dalam perjalanan Anda menuju impian Anda. Tahap demi tahap Anda lalui, mil demi mil Anda lampaui, dan arah Anda ternyata menuju impian Anda.

Anda sekolah. Mungkin beasiswa, mungkin biaya dari orangtua, mungkin pula Anda sendiri mengumpulkan uang untuk sekolah. Kemudian Anda ingin sekali mendapatkan posisi tertinggi dalam pengumpulan nilai pendidikan Anda. Maka Anda pun belajar dengan lebih serius. Itu kalau tidak salah, namanya goals ya?

Kemudian dari ranking teratas itu, Anda mendapatkan nilai-nilai tertinggi, hingga memudahkan Anda melamar pekerjaan ke perusahaan-perusahaan yang Anda pilih. Atau karena Anda menjadi lebih cerdas dari sebelumnya, maka Anda dapat menjadi pengusaha yang lebih handal.

Kemudian Anda mulai memiliki penghasilan, Anda tabung sebagian, yang ketika sudah menjadi lebih banyak lalu Anda investasikan. Itu kemudian menjadi lebih besar dan Anda mulai mengumpulkan hal-hal yang menjadi impian Anda.

Nah, sekarang Anda melihat apa hubungan impian dengan langkah Anda, ya?

Lucu ya? Ternyata ketika Anda menyimpan impian maka setiap langkah Anda diarahkan menuju impian-impian tersebut ya? Tanpa sadar ya? Kemudian Anda menyusun goals demi goals. Berusaha mencapai setiap goals secara bertahap dan impian Anda mulai tercapai.

Kekanak-kanakan ya? Mungkin ya, tetapi bukankah karena impian tersebut Anda menjadi berkembang seperti sekarang. Karena impian tersebut Anda memiliki kepribadian sebaik sekarang. Karena impian pula Anda bekerja keras untuk mencapai goals demi goals.

Nah, mengapa Anda tidak menemukan (kembali) impian Anda. Membangun diri Anda. Dan memperbaiki arah langkah Anda.

sumber : Ardian Syam

Monday, April 6, 2009

Arti Kehidupan


Alkisah, seorang pemuda mendatangi orang tua bijak yang tinggal di sebuah desa yang begitu damai. Setelah menyapa dengan santun, si pemuda menyampaikan maksud dan tujuannya. "Saya menempuh perjalanan jauh ini untuk menemukan cara membuat diri sendiri selalu bahagia, sekaligus membuat orang lain selalu gembira."

Sambil tersenyum bijak, orang tua itu berkata, "Anak muda, orang seusiamu punya keinginan begitu, sungguh tidak biasa. Baiklah, untuk memenuhi keinginanmu, paman akan memberimu empat kalimat. Perhatikan baik-baik ya..."

"Pertama, anggap dirimu sendiri seperti orang lain!" Kemudian, orang tua itu bertanya, "Anak muda, apakah kamu mengerti kalimat pertama ini? Coba pikir baik-baik dan beri tahu paman apa pengertianmu tentang hal ini."

Si pemuda menjawab, "Jika bisa menganggap diri saya seperti orang lain, maka saat saya menderita, sakit dan sebagainya, dengan sendirinya perasaan sakit itu akan jauh berkurang. Begitu juga sebaliknya, jika saya mengalami kegembiraan yang luar biasa, dengan menganggap diri sendiri seperti orang lain, maka kegembiraan tidak akan membuatku lupa diri. Apakah betul, Paman?"

Dengan wajah senang, orang tua itu mengangguk-anggukkan kepala dan melanjutkan kata-katanya. "Kalimat kedua, anggap orang lain seperti dirimu sendiri!"

Pemuda itu berkata, " Dengan menganggap orang lain seperti diri kita, maka saat orang lain sedang tidak beruntung, kita bisa berempati, bahkan mengulurkan tangan untuk membantu. Kita juga bisa menyadari akan kebutuhan dan keinginan orang lain. Berjiwa besar serta penuh toleransi. Betul, Paman?"

Dengan raut wajah makin cerah, orang tua itu kembali mengangguk-anggukkan kepala. Ia berkata, "Lanjut ke kalimat ketiga. Perhatikan kalimat ini baik-baik, anggap orang lain seperti mereka sendiri!"

Si anak muda kembali mengutarakan pendapatnya, "Kalimat ketiga ini menunjukkan bahwa kita harus menghargai privasi orang lain, menjaga hak asasi setiap manusia dengan sama dan sejajar. Sehingga, kita tidak perlu saling menyerang wilayah dan menyakiti orang lain. Tidak saling mengganggu. Setiap orang berhak menjadi dirinya sendiri. Bila terjadi ketidakcocokan atau perbedaan pendapat, masing-masing bisa saling menghargai."

Kata orang tua itu, "Bagus, bagus sekali! Nah, kalimat keempat: anggap dirimu sebagai dirimu sendiri! Paman telah menyelesaikan semua jawaban atas pertanyaanmu. Kalimat yang terakhir memang sesuatu yang sepertinya tidak biasa. Karena itu, renungkan baik-baik."

Pemuda itu tampak kebingungan. Katanya, "Paman, setelah memikirkan keempat kalimat tadi, saya merasa ada ketidakcocokan, bahkan ada yang kontradiktif. Bagaimana caranya saya bisa merangkum keempat kalimat tersebut menjadi satu? Dan, perlu waktu berapa lama untuk mengerti semua kalimat Paman sehingga aku bisa selalu gembira dan sekaligus bisa membuat orang lain juga gembira?"

Spontan, orang tua itu menjawab, "Gampang. Renungkan dan gunakan waktumu seumur hidup untuk belajar dan mengalaminya sendiri."

Begitulah, si pemuda melanjutkan kehidupannya dan akhirnya meninggal. Sepeninggalnya, orang-orang sering menyebut namanya dan membicarakannya. Dia mendapat julukan sebagai: "Orang bijak yang selalu gembira dan senantiasa menularkan kegembiraannya kepada setiap orang yang dikenal."


Pembaca yang luar biasa,

Sebagai makhluk sosial, kita dituntut untuk belajar mencintai kehidupan dan berinteraksi dengan manusia lain di muka bumi ini. Selama kita mampu menempatkan diri, tahu dan mampu menghargai hak-hak orang lain, serta mengerti keberadaan jati diri sendiri di setiap jenjang proses kehidupan, maka kita akan menjadi manusia yang lentur. Dengan begitu, di mana pun kita bergaul dengan manusia lain, akan selalu timbuk kehangatan, kedamaian, dan kegembiraan. Sehingga, kebahagiaan hidup akan muncul secara alami... luar biasa!

sumber : Andrie Wongso

Wednesday, March 18, 2009

UN depan mata


SIAP?!?!?
harus siap pada tanggal 20 April 2009
hanya 22 hari efektif yang tersisa.
JAGA KESEHATAN
KITA PASTI BISA
KARENA SUKSES ADALAH HAK KAMU

doa kami menyertaimu

Passing Grade IPS

UI
1. Ilmu Hubungan Internasional : 58.50 %
2. Akuntansi : 58.33 %
3. Ilmu Komunikasi : 47.67 %
4. Ilmu Administrasi Fiskal : 43.33 %
5. Manajemen : 42.00 %
6. Ilmu Administrasi Niaga : 41.50 %
7. Psikologi : 38.50 %
8. Ilmu Administrasi Negara : 38.50 %
9. Ilmu Ekonomi : 38.50 %
10. Ilmu Hukum : 38.33 %
11. Ilmu Politik : 35.83 %
12. Sastra Jepang : 35.33 %
13. Sastra Inggris :35.00 %
14. Sastra Prancis : 34.50 %
15. Bahasa dan Kebudayaan Korea : 32.83 %
16. Kriminologi : 32.50 %
17. Ilmu Kesejahteraan Sosial : 32.00 %
18. Sosiologi : 31.50 %
19. Sastra Cina : 31.00 %
20. Sastra Jerman : 30.83 %
21. Antropologi Sosial : 27.50 %
22. Sastra Indonesia : 27.00 %
23. Ilmu Perpustakaan : 26.50 %
24. Ilmu Filsafat : 26.17 %
25. Sastra Rusia : 25.83 %
26. Arkeologi Indonesia : 25.17 %
27. Ilmu Sejarah : 25.17 %
28. Sastra Belanda : 24.50 %
29. Sastra Arab : 23.17 %
30. Sastra Jawa : 20.50 %

UNJ
1. Akuntansi : 34.33 %
2. Bahasa dan Sastra Inggris : 32.50 %
3. Pend. Akuntansi : 31.50 %
4. Pend. Bahasa dan Sastra Inggris : 30.33 %
5. Psikologi Pendidikan : 27.33 %
6. Manajemen : 27.00 %
7. Akuntansi Pendidikan : 26.50 %
8. Kalkulus & Teknologi Pendidikan : 26.17 %
9. Pend. Administrasi Perkantoran : 25.83 %
10. Pend. Bahasa Prancis : 25.50 %
11. Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia : 25.33 %
12. Pend. Anak Usia Dini : 25.00 %
13. Pend. Ekonomi Koperasi : 24.83 %
14. Bimbingan dan Konseling : 24.33 %
15. Pend. Bahasa Jepang : 23.83 %
16. Pend. Tata Niaga : 23.50 %
17. Pend. Sejarah : 23.00 %
18. Pend. Bahasa Jerman : 22.83 %
19. Bahasa dan Sastra Indonesia : 22.33 %
20. Pend. Tata Boga : 22.17 %
21. Pend. Pancasila & Kewarganegaraan (PPKN) : 22.00 %
22. Pend. Geografi : 22.00 %
23. Pend. Tata Busana : 21.83 %
24. Pend. Luar Biasa : 21.17 %
25. Pend. Guru Sekolah Dasar (PGSD) : 21.00 %
26. Ilmu Agama Islam : 20.83 %
27. Pend. Luar Sekolah : 20.83 %
28. Pend. Tata Rias : 28.67 %
29. Sosiologi : 20.67 %
30. Pend. Kepelatihan Olahraga : 20.33 %
31. Pend. Bahasa Arab : 20.33 %
32. Pend. Sosiologi : 20.17 %
33. Pend. Jasmani, Kesehatan, & Rekreasi : 20.00 %
34. Pend. Seni Musik : 19.17 %
35. Pend. Seni Rupa : 19.00 %
36. Pend. Seni Tari : 18.17 %

UNPAD
1. Akuntansi : 42,83 %
2. Antropologi Sosial : 12,33 %
3. Ekonomi Pembangunan : 31,83 %
4. Ilmu Hubungan Internasional : 27,83 %
5. Ilmu Hukum : 24,33 %
6. Ilmu Kesejahteraan Sosial : 36,67 %
7. Ilmu Komunikasi : 31,00 %
8. Ilmu Pemerintahan : 21,83 %
9. Ilmu Perpustakaan : 13,17 %
10. Ilmu Sejarah : 12,83 %
11. Manajemen : 35,67 %
12. Sastra Arab : 10,33 %
13. Sastra Daerah (Sunda) : 9,17 %
14. Sastra Indonesia : 9,83 %
15. Sastra Inggris : 20,17 %
16. Sastra Jepang : 17,17 %
17. Sastra Jerman : 11,00 %
18. Sastra Perancis : 11,00 %
19. Sastra Rusia : 14,00 %

UPI
1. Administrasi Pendidikan : 10,83 %
2. Akuntansi : 23,50 %
3. Bimbingan & Konseling : 13,33 %
4. Manajemen : 17,83 %
5. Manajemen Industri Katering : 9,17 %
6. Manajemen Pemasaran Katering : 10,17 %
7. Manajemen Resort dan Leisure : 10,50 %
8. Pend. Administrasi Perkantoran : 13,33 %
9. Pend. Akuntansi : 20,33 %
10. Pend. Bahasa & Sastra Daerah : 10,83 %
11. Pend. Bahasa & Sastra Indonesia : 12,67 %
12. Pend. Bahasa Arab : 10,50 %
13. Pend. Bahasa Inggris : 23,83 %
14. Pend. Bahasa Jepang : 14,67 %
15. Pend. Bahasa Jerman : 10,83 %
16. Pend. Bahasa Perancis : 11,00 %
17. Pend. Ekonomi Koperasi : 14,83 %
18. Pend. Geografi : 12,33 %
19. Pend. Jasmani, Kesehatan, & Rekreasi : 9,00 %
20. Pend. Kepelatihan Olahraga : 9,33 %
21. Pend. Kesejahteraan Keluarga : 9,50 %
22. Pend. Luar Biasa : 10,50 %
23. Pend. Luar Sekolah : 9,67 %
24. Pend. Pancasila & Kewarganegaraan (PPKn) : 11,50 %
25. Pend. Sejarah : 12,00 %
26. Pend. Seni Musik : 9,50 %
27. Pend. Seni Rupa : 10,00 %
28. Pend. Seni Tari : 9,17 %
29. Pend. Tata Niaga : 10,67 %
30. Sastra Indonesia : 10,00 %
31. Sastra Inggris : 17,67 %
32. Teknologi Pendidikan : 12,17 %

UNDIP
1. Akuntansi : 35,00 %
2. Bahasa & Sastra Indonesia : 10,00 %
3. Bahasa & Sastara Inggris : 22,83 %
4. Ilmu Administrasi Bisnis : 18,18 %
5. Ilmu Administrasi Publik : 16,33 %
6. Ilmu Ekononmi & Studi Pembangunan : 22,17 %
7. Ilmu Hukum : 19,67 %
8. Ilmu Komunikasi : 23,33 %
9. Ilmu Pemerintahan : 15,00 %
10. Ilmu Perpustakaan : 13,17 %
11. Manajemen : 22,50 %
12. Sejarah Indonesia : 10,33 %

UGM
1. Akuntansi : 56,67 %
2. Antropologi Budaya : 20,00 %
3. Arkeologi : 17,00 %
4. Ilmu Administrasi Negara : 36,67 %
5. Ilmu Ekonomi : 38,33 %
6. Ilmu Filsafat : 11,00 %
7. Ilmu Hubungan Internasional : 54,33 %
8. Ilmu Hukum : 33,00 %
9. Ilmu Komunikasi : 44,67 %
10. Ilmu Pemerintahan : 32,33 %
11. Ilmu Sejarah : 13,67 %
12. Ilmu Sosiatri : 20,00 %
13. Manajemen : 47,33 %
14. Psikologi : 42,33 %
15. Sastra Arab : 12,67 %
16. Sastra Indonesia : 13,83 %
17. Sastra Inggris : 38,00 %
18. Sastra Jepang : 35,50 %
19. Sastra Nusantara : 12,83 %
20. Sastra Perancis : 27,33 %
21. Sosiologi : 26,50 %

UNDIP
1. Akuntansi : 35,00 %
2. Bahasa & Sastra Indonesia : 10,00 %
3. Bahasa & Sastara Inggris : 22,83 %
4. Ilmu Administrasi Bisnis : 18,18 %
5. Ilmu Administrasi Publik : 16,33 %
6. Ilmu Ekononmi & Studi Pembangunan : 22,17 %
7. Ilmu Hukum : 19,67 %
8. Ilmu Komunikasi : 23,33 %
9. Ilmu Pemerintahan : 15,00 %
10. Ilmu Perpustakaan : 13,17 %
11. Manajemen : 22,50 %
12. Sejarah Indonesia : 10,33 %

UNAIR
1. Akuntansi : 45,00 %
2. Antropologi : 13,67 %
3. Ilmu Administrasi Negara : 25,38 %
4. Ilmu Hubungan Internasional : 50,17 %
5. Ilmu Hukum : 29,67 %
6. Ilmu Informasi & Perpustakaan : 16,83 %
7. Ilmu Komunikasi : 35,00 %
8. Ilmu Politik : 26,17 %
9. Ilmu Sejarah : 10,17 %
10. Manajemen : 32,67 %
11. Psikologi : 37,33 %
12. Sastra Indonesia : 13,67 %
13. Sastra Inggris : 33,00 %
14. Sastra Jepang : 30,00 %
15. Sosiologi : 19,17 %
16. Studi Pembangunan : 29,00 %

UNBRAW
1. Akuntansi : 38,17 %
2. Ekonomi Pembangunan : 24,50 %
3. Ilmu Administrasi Bisnis : 20,33 %
4. Ilmu Administrasi Publik : 16,00 %
5. Ilmu Hukum : 22,67 %
6. Ilmu Komunikasi : 27,50 %
7. Manajemen : 26,83 %
8. Sastra Inggris : 29,00 %
9. Sosiologi : 15,17 %

UNUD
1. Akuntansi : 31,33 %
2. Antropologi Budaya : 9,67 %
3. Arkeologi : 10,50 %
4. Bahasa & Sastra Bali : 8,83 %
5. Bahasa & Sastra Jawa Kuno : 9,83 %
6. Ekonomi Pembangunan : 19,50 %
7. Ilmu Hukum : 12,67 %
8. Ilmu Sejarah : 8,00 %
9. Manajemen : 19,83 %
10. Pariwisata : 12,33 %
11. Sastra Indonesia : 9,83 %
12. Sastra Inggris : 22,50 %
13. Sastra Jepang : 12,33 %

Sumber : http://www.senamptn.co.cc

Passing Grade IPA

UGM IPA
1. Agronomi : 15,50 %
2. Arsitektur : 34,00 %
3. Biologi : 23,67 %
4. Budidaya Hutan : 13,83 %
5. Budidaya Perikanan : 13,17 %
6. Elektronika & Instrumentasi : 21,83 %
7. Farmasi : 48,84 %
8. Fisika : 23,33 %
9. Fisika Teknik : 25,83 %
10. Geofisika : 26,00 %
11. Geografi Fisik & Lingkungan : 13,17 %
12. Geografi Manusia : 12,33 %
13. Geografi : 13,50 %
14. Ilmu Hama & Penyakit Tumbuhan : 13,00 %
15. Ilmu Komputer : 40,50 %
16. Ilmu Tanah : 13,33 %
17. Kartografi & Penginderaan Jauh : 14,67 %
18. Kimia : 25,50 %
19. Konservasi Sumberdaya Hutan : 14,00 %
20. Manajemen Hutan : 14,83 %
21. Manajemen Sumberdaya Perikanan : 13,17 %
22. Matematika : 37,33 %
23. Mikrobiologi Pertanian : 13,67 %
24. Nutrisi & Makanan Ternak : 13,67 %
25. Obat Alami : 26,83 %
26. Pembangunan Wilayah : 18,50 %
27. Pemuliaan Tanaman : 14,67 %
28. Pendidikan Dokter : 55,83 %
29. Pendidikan Dokter Gigi : 35,50 %
30. Pendidikan Dokter Hewan : 16,67 %
31. Penyuluhan & Komunikasi Pertanian : 21,83 %
32. Produksi Ternak : 11,67 %
33. Sosial Ekonomi Pertanian (Agribisnis) : 25,17 %
34. Sosial Ekonommi Peternakan : 12,00 %
35. Statistika : 32,33 %
36. Teknik Elektro : 39,83 %
37. Teknik Geodesi : 24,33 %
38. Teknik Geologi : 28,00 %
39. Teknik Industri : 39,33 %
40. Teknik Kimia : 41,33 %

UI IPA
1. Pendidikan Dokter : 61.83 %
2. Ilmu Komputer : 53.17 %
3. Teknik Industri : 52.33 %
4. Teknik Elektro : 51.50 %
5. Farmasi : 48.67 %
6. Teknik Komputer : 45.83 %
7. Teknik Sipil : 44.83 %
8. Teknik Mesin : 44.00 %
9. Teknik Kimia / TGP : 42.00 %
10. Pendidikan Dokter Gigi : 42.00 %
11. Arsitektur : 42.00 %
12. Teknik Metalaurgi : 41.50 %
13. Sistem Informasi : 39.50 %
14. Teknik Lingkungan : 39.17 %
15. Ilmu Keperawatan : 39.00 %
16. Matematika : 36.50 %
17. Kesehatan Masyarakat : 36.00 %
18. Kimia : 33.33 %
19. Teknik Perkapalan : 33.33 %
20. Arsitektur Interior : 30.83 %
21. Teknologi Bioproses : 30.00 %
22. Biologi : 29.33 %
23. Ilmu Gizi : 29.33 %
24. Fisika : 28.33 %
25. Geografi : 25.00 %

UNJ IPA
1. Pend. Matematika : 37.00 %
2. Kimia : 32.00 %
3. Matematika : 31.00 %
4. Pend. Kimia : 30.00 %
5. Pend. Biologi : 29.17 %
6. Biologi : 28.67 %
7. Pend. Fisika : 26.17 %
8. Pend. Teknik Elektro : 25.17 %
9. Fisika : 24.83 %
10. Pend. Teknik Mesin : 23.33 %
11. Pend. Teknik Sipil : 22.83 %
12. Pend. Teknik Elektronika : 22.83 %
13. Ilmu Keolahragaan : 19.33 %

ITB
1. Fak. Teknik Elektro & Informatika (FTEI) : 58.50 %
2. Fakultas Teknologi Industri (FTI) : 57.17 %
3. FAK. Farmasi (FF) : 53.83 %
4. Fak. Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) : 44.50 %
5. Fak. Teknologi Pertambangan dan Perminyakan (FTPP) : 43.50 %
6. Fak. Teknik Sipil & Lingkungan (FTSL) : 42.50 %
7. Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) : 39.17 %
8. Fak. Matematika & IPA (FMIPA) : 39.00 %
9. Fak. Ilmu & Teknologi Kebumian (FITK) : 38.67 %
10. Fak. Ilmu & Teknologi Hayati (FITH) : 38.33 %

IPB
1. Statistika : 37.00 %
2. Matematika : 36.67 %
3. Kimia : 35.17 %
4. Ilmu Komputer : 34.67 %
5. Teknologi Pangan : 34.00 %
6. Teknik Pertanian : 31.50 %
7. Biologi : 31.33 %
8. Teknik Sipil & Lingkungan : 31.33 %
9. Gizi Masyarakat : 30.83 %
10. Biokimia : 30.00 %
11. Manajemen Hutan : 29.83 %
12. Fisika : 29.50 %
13. Kedokteran Hewan : 29.33 %
14. Teknologi Industri Pertanian : 29.00 %
15. Konservasi Sumberdaya Hutan & Ekowisata : 28.83 %
16. Manajemen : 28.83 %
17. Teknologi Hasil Perairan : 28.00 %
18. Arsitektur Lansekap : 26.67 %
19. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan : 26.17 %
20. Ilmu Ekonomi : 26.17 %
21. Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat : 25.83 %
22. Ilmu dan Teknologi Kelautan : 25.50 %
23. Ilmu Keluarga dan Konsumen : 24.17 %
24. Silvikultur : 24.83 %
25. Agribisnis (Sosial Ekonomi Pertanian) : 24.67 %
26. Agronomi dan Holtikultura : 24.67 %
27. Meteoroli Terapan : 24.67 %
28. Proteksi Tanaman : 24.67 %
29. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan : 24.00 %
30. Nutrisi dan Teknologi Pakan : 23.50 %
31. Manajemen Sumberdaya Perairan : 23.00 %
32. Manajemen Sumberdaya Lahan : 22.67 %
33. Budidaya Perairan : 22.33 %
34. Teknologi Hasil Hutan : 21.83 %
35. Teknologi Produksi Ternak : 20.00 %

UNPAD IPA
1. Pend. Dokter : 53.00 %
2. Psikologi : 42.33 %
3. Pendidikan Dokter Gigi : 37.00 %
4. Statistika : 36.50 %
5. Matematika : 35.17 %
6. Farmasi : 33.67 %
7. Perikanan : 29.83 %
8. Teknik Geologi : 29.67 %
9. Teknologi Pangan : 28.50 %
10. Kimia : 28.17 %
11. Lmu Keperawatan : 27.67 %
12. Biologi : 26.17 %
13. Agroteknologi : 26.00 %
14. Agribisnis (Sosial Ekonomi Pertanian) : 26.00 %
15. Fisika : 24.33 %
16. Teknik Pertanian : 24.00 %
17. Ilmu Kelautan : 23.50 %
18. Ilmu Peternakan : 21.17 %

UNDIP IPA
1. Biologi : 13,83 %
2. Budidaya Perairan : 11,17 %
3. Fisika : 13,17 %
4. Ilmu Gizi : 18,17 %
5. Ilmu Kelautan : 12,83 %
6. Ilmu Keperawatan : 22,17 %
7. Ilmu Komputer : 28,33 %
8. Kesehatan Masyarakat : 17,33 %
9. Kimia : 16,83 %
10. Manajemen Suberdaya Perairan : 11,83 %
11. Matematika : 18,83 %
12. Nutrisi & Makanan Ternak : 11,83 %
13. Oseanografi : 13,67 %
14. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan : 11,67 %
15. Pendidikan Dokter : 42,33 %
16. Produksi Ternak : 11,67 %
17. Psikologi : 20,17 %
18. Sosial Ekonoomi Peternakan : 11,33 %
19. Statistika : 25,17 %
20. Teknik Arsitektur : 22,00 %
21. Teknik Elektro : 30,67 %
22. Teknik Geodesi : 14,50 %
23. Teknik Geologi : 17,00 %
24. Teknik Industri : 26,17 %
25. Teknik Kimia : 33,17 %
26. Teknik Lingkungan : 19,17 %
27. Teknik Mesin : 19,00 %
28. Teknik Perencanaan Wilayah & Kota : 20,33 %
29. Teknik Perkapalan : 14,00 %
30. Teknik Sipil : 21,33 %
31. Teknologi Hasil Perikanan : 12,67 %
32. Teknologi Hasil Ternak : 12,50 %

UPI IPA
1. Pend. Matematika : 29.00 %
2. Kimia : 27.67 %
3. Ilmu Komputer : 26.83 %
4. Pend. Kimia : 26.50 %
5. Pend. Biologi : 25.33 %
6. Matematika : 25.33 %
7. Pend. Fisika : 24.50 %
8. Pend. Teknik Bangunan : 24.00 %
9. Biologi : 24.00 %
10. Pend. Ilmu Komputer : 23.83 %
11. Pend. Teknik Arsitektur : 22.83 %
12. Pend. Teknik Elektro : 22.67 %
13. Fisika : 22.67 %
14. Pend. Teknik Sipil : 22.50 %
15. Pend. Teknik Mesin : 22.00 %
16. Ilmu Keolahragaan : 19.33 %

UIN IPA
1. Biologi : 13,83 %
2. Farmasi : 18,83 %
3. Fisika : 12,50 %
4. Ilmu Keperawatan : 14,83 %
5. Kesehatan Masyarakat : 14,50 %
6. Kimia : 14,67 %
7. Matemtika : 16,17 %
8. Pend. (Tadris) Matematika : 14,83 %
9. Pendidikan Dokter : 42,17 %
10. Sistem Informasi : 14,67 %
11. Sosial Ekonomi Pertanian : 13,17 %
12. Teknik Informatika : 31,83 %

UNSOED IPA
1. Agronomi : 12,67 %
2. Biologi : 12,83 %
3. Budidaya Perairan : 11,33 %
4. Fisika : 13,00 %
5. Hortikultura : 12,67 %
6. Ilmu Hama & Penyakit Tumbuhan : 11,67 %
7. Ilmu Tanah : 11,50 %
8. Kesehatan Masyarakat : 14,50 %
9. Kimia : 14,00 %
10. Manajemen Sumberdaya Perairan : 11,17 %
11. Matematika : 14,67 %
12. Nutrisi & Makanan Ternak : 12,00 %
13. Pemulihan Tanaman : 12,17 %
14. Pendidikan Dokter : 28,67 %
15. Produksi Ternak : 11,33 %
16. Sosial Ekonomi Pertanian : 13,83 %
17. Sosial Ekonomi Peternakan : 10,33 %
18. Teknik elektro : 15,83 %
19. Teknik pertanian : 12,50 %
20. Teknik Sipil : 14,33 %
21. Teknologi Hasil Pertanian : 14,50 %

UNAND IPA
1. Agronomi : 11,83 %
2. Biologi : 13,83 %
3. Farmasi : 29,67 %
4. Fisika : 13,67 %
5. Ilmu hama dan penyakit tumbuhan : 10,83 %
6. Ilmu keperawatan : 25,83 %
7. Ilmu tanah : 10,83 %
8. Kesehatan masyarakat : 20,00 %
9. Kimia : 14,67 %
10. Matematika : 18,33 %
11. Nutrisi dan makanan ternak : 10,67 %
12. Pemuliaan tanaman : 11,17 %
13. Pendidikan Dokter : 45,67 %
14. Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian : 11,50 %
15. Produksi ternak : 11,00 %
16. Sosial ekonomi pertanian (agribisnis) : 13,67 %
17. Sosial Ekonomi Peternakan : 10,67 %
18. Teknik Elektro : 20,83 %
19. Teknik Industri : 20,50 %
20. Teknik Lingkungan : 17,67 %
21. Teknik Mesin : 14,50 %
22. Teknik Pertanian : 11,83 %
23. Teknik Sipil : 18,00 %
24. Teknologi Hasil Pertanian : 11,67 %
25. Teknologi Hasil Ternak : 10,67 %

USU IPA
1. Agronomi : 14,00 %
2. Arsitektur : 23,00 %
3. Biologi : 13,67 %
4. Budidaya hutan : 11,83 %
5. Farmasi : 30,00 %
6. Fisika : 13,83 %
7. Ilmu hama dan penyakit tumbuhan : 12,67 %
8. Ilmu keperawatan : 16,00 %
9. Ilmu computer : 17,33 %
10. Ilmu tanah : 13,00 %
11. Kesehatan masyarakat : 15,33 %
12. Kimia : 14,83 %
13. Manajemen hutan : 13,83 %
14. Matematika : 20,00 %
15. Pemulihan tanaman : 13,00 %
16. Pendidikan Dokter : 37,33 %
17. Pendidikan Dokter Gigi : 27,33 %
18. Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian : 12,00 %
19. Produksi Ternak : 12,17 %
20. Psikologi : 20,50 %
21. Sosial Ekonomi Pertanian (Agribisnis) : 15,67 %
22. Teknik elektro : 25,50 %
23. Teknik Industri : 32,00 %
24. Teknik Kimia : 27,17 %
25. Teknik Mesin : 14,67 %
26. Teknik Pertanian : 14,67 %
27. Teknik Sipil : 18,33 %
28. Teknologi Hasil Hutan : 13,67 %
29. Teknologi Hasil Pertanian : 14,50 %

UNHAS IPA
1. Agronomi : 11,00 %
2. Biologi : 13,50 %
3. Budidaya Perairan : 11,50 %
4. Farmasi : 29,17 %
5. Fisika : 12,00 %
6. Geofisika : 12,50 %
7. Ilmu Gizi : 15,00 %
8. Ilmu Hama & Penyakit Tumbuhan : 11,00 %
9. Ilmu Kelautan : 10,50 %
10. Ilmu Keperawatan : 18,17 %
11. Ilmu Tanah : 11,00 %
12. Kesehatan Masyarakat : 15,00 %
13. Kimia : 15,00 %
14. Manajemen Hutan : 12,17 %
15. Manajemen Sumberdaya Perairan : 11,33 %
16. Matematika : 14,67 %
17. Nutrisi dan Makanan Ternak : 10,17 %
18. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan : 10,67 %
19. Pendidikan Dokter : 44,83 %
20. Pendidikan Dokter Gigi : 27,00 %
21. Produksi Ternak : 10,33 %
22. Sosial Ekonomi Perikanan : 10,33 %
23. Sosial Ekonomi Pertanian : 12,67 %
24. Sosial Ekonomi Peternakan : 11,00 %
25. Statistika : 14,67 %
26. Teknik Arsitektur : 14,83 %
27. Teknik Elektro : 14,83 %
28. Teknik Geologi : 12,50 %
29. Teknik Industri :14,50 %
30. Teknik Kelautan : 12,00 %
31. Teknik Mesin : 13,00 %
32. Teknik Pengembangan Wilayah Kota : 14,50 %
33. Teknik Perkapalam : 12,33 %
34. Teknik Pertambangan : 14,50 %
35. Teknik Pertanian : 11,33 %
36. Teknik Sipil : 14,50 %
37. Teknik Hasil Perkapalan : 11,33 %
38. Teknologi Hasil Hutan : 10,33 %
39. Teknologi Hasil Pertanian : 11,33 %
40. Teknologi Hasil Ternak : 10,67 %

sumber :http://www.senamptn.co.cc

Friday, February 27, 2009

Try Out III


Senin besok 2 maret 2009.
tetap fokus! semangat! dan berdoa

Friday, February 20, 2009

Mengapa Harus Menunggu


Dikisahkan, ada seorang anak berusia 9 tahun. Saat dia sedang membantu ayahnya mengangkut batu bara demi mengumpulkan dana untuk kegiatan amal, terjadilah kecelakaan yang telah merubah seluruh kehidupannya. Dia terjatuh, dan kakinya terlindas kereta api barang sehingga sepasang kaki harus diamputasi. Berbulan-bulan, hari-harinya diwarnai dengan penderitaan panjang, dia harus berjuang dari satu meja operasi ke meja operasi lainnya dan menghabiskan jam-jam yang sangat menyakitkan.

Namun dia tidak pernah patah semangat dan dengan tegar menjalaninya sehingga dokter mengijinkannya keluar dari rumah sakit dengan berkursi roda. Tanpa membuang waktu dia ingin menguji fisiknya dengan belajar berenang. Pertama kali masuk ke air, dia pun langsung tenggelam sampai ke dasar kolam renang. Pelatihnya menggunakan jala untuk mengangkatnya naik ke permukaan. Pelajaran mengapung dan seterusnya dilakukan setiap hari dan 5 bulan kemudian dia mampu berenang sebanyak 52x panjang kolam renang tanpa berhenti! Sungguh luar biasa!

Dan sejak saat itu, tidak ada lagi yang bisa menghalangi keinginannya untuk melakukan kegiatan fisik layaknya orang-orang yang bertubuh normal. Dia belajar menyetir mobil, ikut balapan dan berhasil menjadi atlet gokart yang handal, disegani dan terkenal.

Ketekunannya berlatih fisik di kolam renang dan tempat tinggalnya yang tak jauh dari pantai, menginspirasinya belajar menjadi surf lifeguard, yaitu penjaga pantai yang melindungi dan menyelamatkan para peselancar. Dia satu-satunya manusia di dunia, tanpa kaki yang berprofesi seperti itu. Dia juga belajar Taewondo hingga memperoleh Dan 3. Olahraga lempar cakkram, tolak peluru dan lempar lembing berhasil mengalungkan 35 medali dalam kehidupannya. Pencapaian prestasinya melandasi kepercayaan dirinya membina hubungan dengan seorang wanita yang dicintai. Akhirnya dia menikah dan memperoleh 3 orang anak. Bersama istrinya, mereka bahu membahu menjadi pengusaha sukses. Berkat prestasi dan keinginannya membantu orang lain agar tidak menyerah, akhirnya menghantarkannya menjadi pembicara motivasional kelas dunia. Pemuda hebat itu bernama TONY CHRISTIANSEN.

Saat ditanya apa rahasia suksesnya? Dia menjawab: Mengapa harus menunggu? Jangan menghabiskan waktu dengan duduk dan menunggu tertabrak kereta api sebelum melakukan sesuatu dan mencetak berprestasi. Kecelakaan yang saya alami telah mengasah karakter serta hidup saya dalam beragam cara! Membantu saya dalam menyampaikan pesan kepada semua orang yang mau mendengar, mau belajar serta mau merubah hidup lebih baik! Jadi, mengapa harus menunggu? Segera lakukan! - TAKE ACTION!!"

Pembaca yang luar biasa,

Hidup adalah tindakan! Live is action! Sebuah cita-cita yang indah, jika hanya menunggu tanpa bertindak nyata, maka tinggal hanya mayat cita-cita, sebuah perencanaan yang matang tanpa action! Cuma menyisakan coretan kosong.

Cerita manusia luar biasa Tony Christiansen tadi cukup jelas pelajaran yang bisa kita ambil. Bagaimanapun keadaan fisik kita , atau betapapun jeleknya keadaan di luar kita, semuanya bisa di rubah, nothing is impossible, tiada yang mustahil!

Manusia yang paling penting adalah jangan krisis mental. Dengan kekayaan mental, seseorang akan berani memulai dari apa adanya dia, dan semua perjuangannya diarahkan pada titik target besar yang punya bobot dan bernilai. Dengan cara hidup punya kaya mental seperti itu, kita pasti akan selalu menyambut hari-hari baru penuh dengan syukur, optimis, gembira dan menciptakan sukses yang luar biasa!

sumber : Andrie Wongso