Friday, February 27, 2009

Try Out III


Senin besok 2 maret 2009.
tetap fokus! semangat! dan berdoa

Friday, February 20, 2009

Mengapa Harus Menunggu


Dikisahkan, ada seorang anak berusia 9 tahun. Saat dia sedang membantu ayahnya mengangkut batu bara demi mengumpulkan dana untuk kegiatan amal, terjadilah kecelakaan yang telah merubah seluruh kehidupannya. Dia terjatuh, dan kakinya terlindas kereta api barang sehingga sepasang kaki harus diamputasi. Berbulan-bulan, hari-harinya diwarnai dengan penderitaan panjang, dia harus berjuang dari satu meja operasi ke meja operasi lainnya dan menghabiskan jam-jam yang sangat menyakitkan.

Namun dia tidak pernah patah semangat dan dengan tegar menjalaninya sehingga dokter mengijinkannya keluar dari rumah sakit dengan berkursi roda. Tanpa membuang waktu dia ingin menguji fisiknya dengan belajar berenang. Pertama kali masuk ke air, dia pun langsung tenggelam sampai ke dasar kolam renang. Pelatihnya menggunakan jala untuk mengangkatnya naik ke permukaan. Pelajaran mengapung dan seterusnya dilakukan setiap hari dan 5 bulan kemudian dia mampu berenang sebanyak 52x panjang kolam renang tanpa berhenti! Sungguh luar biasa!

Dan sejak saat itu, tidak ada lagi yang bisa menghalangi keinginannya untuk melakukan kegiatan fisik layaknya orang-orang yang bertubuh normal. Dia belajar menyetir mobil, ikut balapan dan berhasil menjadi atlet gokart yang handal, disegani dan terkenal.

Ketekunannya berlatih fisik di kolam renang dan tempat tinggalnya yang tak jauh dari pantai, menginspirasinya belajar menjadi surf lifeguard, yaitu penjaga pantai yang melindungi dan menyelamatkan para peselancar. Dia satu-satunya manusia di dunia, tanpa kaki yang berprofesi seperti itu. Dia juga belajar Taewondo hingga memperoleh Dan 3. Olahraga lempar cakkram, tolak peluru dan lempar lembing berhasil mengalungkan 35 medali dalam kehidupannya. Pencapaian prestasinya melandasi kepercayaan dirinya membina hubungan dengan seorang wanita yang dicintai. Akhirnya dia menikah dan memperoleh 3 orang anak. Bersama istrinya, mereka bahu membahu menjadi pengusaha sukses. Berkat prestasi dan keinginannya membantu orang lain agar tidak menyerah, akhirnya menghantarkannya menjadi pembicara motivasional kelas dunia. Pemuda hebat itu bernama TONY CHRISTIANSEN.

Saat ditanya apa rahasia suksesnya? Dia menjawab: Mengapa harus menunggu? Jangan menghabiskan waktu dengan duduk dan menunggu tertabrak kereta api sebelum melakukan sesuatu dan mencetak berprestasi. Kecelakaan yang saya alami telah mengasah karakter serta hidup saya dalam beragam cara! Membantu saya dalam menyampaikan pesan kepada semua orang yang mau mendengar, mau belajar serta mau merubah hidup lebih baik! Jadi, mengapa harus menunggu? Segera lakukan! - TAKE ACTION!!"

Pembaca yang luar biasa,

Hidup adalah tindakan! Live is action! Sebuah cita-cita yang indah, jika hanya menunggu tanpa bertindak nyata, maka tinggal hanya mayat cita-cita, sebuah perencanaan yang matang tanpa action! Cuma menyisakan coretan kosong.

Cerita manusia luar biasa Tony Christiansen tadi cukup jelas pelajaran yang bisa kita ambil. Bagaimanapun keadaan fisik kita , atau betapapun jeleknya keadaan di luar kita, semuanya bisa di rubah, nothing is impossible, tiada yang mustahil!

Manusia yang paling penting adalah jangan krisis mental. Dengan kekayaan mental, seseorang akan berani memulai dari apa adanya dia, dan semua perjuangannya diarahkan pada titik target besar yang punya bobot dan bernilai. Dengan cara hidup punya kaya mental seperti itu, kita pasti akan selalu menyambut hari-hari baru penuh dengan syukur, optimis, gembira dan menciptakan sukses yang luar biasa!

sumber : Andrie Wongso

Tuesday, February 17, 2009

Keyakinan untuk Sukses


Jika Anda benar-benar mengharapkan terjadinya sesuatu, maka harapan ini memiliki efek yang kuat terhadap sikap dan kepribadian Anda. Semakin besar keyakinan terhadap harapan Anda, semakin mungkin bahwa Anda akan melakukan dan mengatakan sesuatu yang konsisten dengan apa yang Anda harapkan akan terjadi. Orang yang sukses berharap untuk menjadi sukses. Orang yang sukses senantiasa mengharapkan kesuksesan-kesuksesan dan yakin bahwa hal itu akan terjadi dalam hidupnya.


Keyakinan Anda yang terdalam membentuk suatu layar prasangka yang membelokkan realitas eksternal Anda dan menyebabkan Anda melihat sesuatu tidak dengan cara yang sebenarnya tetapi dengan cara Anda. Keyakinan Anda yang kuat dapat menjadi kenyataan, "Anda bukanlah apa yang Anda pikir tentang siapa diri Anda, tetapi apa yang Anda pikirkan, itulah Anda".

Hal terburuk dari semua keyakinan adalah keyakinan yang membatasi diri. Ini adalah keyakinan karena mengalami realita perkembangan dalam hidup, yang biasanya adalah perkembangan yang salah, yang menyebabkan Anda yakin bahwa Anda memiliki keterbatasan dalam beberapa hal. Sebagai hasil dari keyakinan yang mebatasi diri Anda, Anda terus menerus menganggap remeh diri Anda, dengan mudah menyerah dalam mengejar tujuan, dan lebih buruk lagi, bercerita kepada orang lain disekitar Anda bahwa Anda memiliki kekurangan dalam kualitas dan kemampuan tertentu.

Salah satu langkah terpenting yang perlu Anda ambil adalah mengatasi keyakinan yang membatasi diri Anda. Anda memulai proses ini dengan membayangkan bahwa Anda tidak memiliki keterbatasan sama sekali. Ketika Anda mengembangkan otak Anda sampai ke titik yang benar-benar Anda yakini, bahwa Anda dapat melakukan apapun yang Anda masukkan ke dalam otak, Anda akan menemukan suatu cara untuk menjadikan keyakinan itu sebuah realitas. Hasilnya seluruh keyakinan Anda akan berubah.Keyakinan merupakan hal yang sulit untuk diubah, namun keyakinan merupakan hal yang dapat dipelajari.

Dan apapun yang telah dipelajari dapat dihapus. Anda dapat mengembangkan keyakinan akan keberanian, kepercayaan diri dan ketekunan yang tak dapat dihentikan yang diperlukan untuk mendapatkan kesuksesan besar dengan cara memprogram otak alam bawah sadar Anda dengan cara tertentu.

sumber : Suhari

Monday, February 16, 2009

Try Out II


Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin..
TRY OUT II harus LEBIH BAIK dari TRY OUT I

tetap fokus...konsisten...komitmen...semangat...
sukses adalah hak kamu!

Friday, February 13, 2009

Hope Will Keep Us Alive


"Kemungkinan operasi jantung ini berhasil hanya 2 persen," begitu kata seorang bapak dalam sebuah percakapan telepon. Secara tidak sengaja saya mendengar kalimat bernada penuh kesedihan bercampur kekhawatiran itu ketika saya sedang berada di ruang tunggu ICU Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta. Saat itu saya sedang menunggu anak pertama kami (Priscilla Natali Winarto) yang baru saja menjalani operasi jantung.

Teringat pengalaman kami beberapa hari sebelum operasi, ketika sang dokter berkata, "Operasi jantung yang akan dijalani anak bapak sebenarnya termasuk operasi jantung paling ringan namun sayangnya anak bapak terlalu kecil untuk dioperasi." Maklum, anak kami akan menjalani operasi saat usianya baru 41 hari dengan berat badan hanya 2,1 kilogram. Ia terlahir prematur (34 minggu) dengan berat hanya 1,6 kilogram.

Ya, beberapa hari setelah kelahiran, Priscilla didiagnosa menderita kelainan saluran pembuluh darah di dekat jantungnya. Dalam dunia medis, penyakit ini dikenal dengan istilah persistent ductus arteriousus (PDA). Saluran tersebut seharusnya menutup secara otomatis ketika bayi lahir ke dunia ini, maksimal dalam waktu dua kali dua puluh empat jam. Lihat betapa besar keagungan Tuhan! Bukankah kita nyaris tidak pernah tahu kalau saluran itu ada, apalagi mendoakan agar saluran itu tertutup? Ketika berada di dalam kandungan ibu saluran itu memang terbuka karena berfungsi untuk mengalirkan makanan dan oksigen dari ibu kepada sang janin. Sebagai catatan penting, untuk menutup saluran itu diperlukan biaya puluhan juta rupiah.

Ketika saya tanyakan kepada dokter berapa persen tingkat keberhasilan operasi anak kami, ia menjawab, "Sekitar 90! Namun ada kemungkinan lain yakni kalau tubuhnya tidak tahan terhadap bius, ia akan terus koma atau organ dalam tubuhnya yang masih begitu kecil mengalami infeksi setelah operasi."

Saat itu kami pun mengalami kegelisahan luar biasa. Sudah tidak terhitung berapa banyak air mata yang tumpah dan berapa banyak doa yang selalu kami panjatkan. Dengan penuh kasih dan harapan, saya memandangi wajah istri saya sembari berkata, "Dalam nama Tuhan saya akan menandatangi surat persetujuan operasi ini." Istri saya mengangguk perlahan sebagai tanda ia setuju.

Pengalaman kami dan bapak seperti yang saya sebutkan di awal cerita ini adalah sebuah pengalaman tentang pentingnya harapan dalam hidup. Mentor saya, Dr. John C. Maxwell berujar, "Where there is no hope in the future, there is no power in the present." Ya, jika tidak ada harapan akan hari esok yang lebih baik, tentu tidak akan ada kekuatan untuk hari ini.

Saya pernah membaca sebuah penelitian yang mengatakan seseorang dapat bertahan hidup selama empat puluh hari tanpa makan, empat hari tanpa minum, empat menit tanpa oksigen namun hanya empat detik tanpa harapan. Begitu orang kehilangan harapan, ia cenderung berpikir segalanya telah berakhir sehingga ia pun memutuskan untuk bunuh diri. Angka empat detik barangkali diambil dari lamanya waktu yang dibutuhkan untuk meloncat dari sebuah gedung tinggi hingga sampai ke tanah.

Harapanlah yang membuat orang berani mengambil risiko dan melangkah maju menuju hari esok yang lebih baik. "Jika dokter berani memutuskan untuk melakukan operasi itu berarti mereka masih memiliki harapan," kata seorang sahabat. Saya yakin itu benar, seberapa kecil kemungkinan operasi itu berhasil toh harapan tetap ada.

Puji Tuhan, operasi anak kami berhasil dan saat artikel ini ditulis, ia telah berusia dua tahun empat bulan. Ia tumbuh menjadi anak yang manis, lincah, aktif, ramah dan mau diajar. Anda bisa membaca kesaksian mengenai Priscilla secara lebih utuh dalam buku saya yang berjudul The Power of Hope (Elex Media Komputindo, 2007).

Pengalaman mengajarkan kami betapa pentingnya harapan dalam keseharian hidup manusia. Saat artikel ini saya susun, anak kedua kami (Timothy Stanley Winarto) yang baru berusia 11 hari sedang dirawat di rumah sakit karena kuning (hiperbilirubin). Sudah empat hari ia disinar di ruang perawatan bayi RS Borromeus, Bandung. Sebelum diopname di rumah sakit, Timothy sebenarnya sudah sempat pulang ke rumah selama dua hari namun keadaan berkata lain, ia harus kembali ke rumah sakit. Siang tadi, saat kami menjenguk, keadaannya sudah jauh membaik. Kemungkinan dalam beberapa hari ke depan, ia sudah boleh berkumpul kembali bersama kami di rumah.

Ayah kandung saya pun saat ini sedang dalam tahap pengobatan yang intensif lantaran berbagai macam penyakit, seperti pembengkakan jantung, penyempitan pembuluh darah otak, kolesterol tinggi, hipertensi dan batu empedu.

Hidup memang selalu naik-turun. Kadang di atas, kadang di bawah. Ketika sedang di atas, jangan pernah mabuk dan lupa diri. Namun ketika sedang di bawah, jangan pernah putus harapan. Harapan bagi saya, ibarat bahan bakar sebuah kendaraan bermotor. Sebagus apa pun kendaraan itu, jika ia tidak memiliki bahan bakar atau kehabisan bahan bakar tentu ia tidak akan dapat berfungsi, apalagi melaju dengan kecepatan tinggi. Martin Luther King pernah berkata, "When you lose hope you die!"

Seorang teman pernah bertanya kepada saya, apakah ada perbedaan antara orang yang optimis dan orang yang punya harapan? Saya ingin mengutip pernyataan Jonathan Sacks untuk menjawab pertanyaan ini, "Optimism is the belief that things will get better. Hope if the faith that, together, we can make things better. Optimism is a passive virtue; hope, an active one. It takes no courage to be optimist, but it takes a great deal of courage to have hope."

Dari pernyataan tersebut, kita bisa melihat bahwa ada perbedaan besar antara orang yang optimis yang orang yang berpengharapan? Orang yang berpengharapan memiliki keberanian untuk bertindak. Ia tidak menunggu keadaan membaik namun ia mau melakukan sesuatu agar keadaan membaik.

sumber : Paulus Winarto

Monday, February 2, 2009

Try Out


try out kelas XII
jadikan momentum untuk mengasah kemampuan jelang UN 2009.

selamat berjuang...!